x

Karyawan berjalan di Bandara Internasional Arlanda yang terlihat sepi atas mewabahnya virus corona sehingga banyaknya penerbangan yang dibatalkan di Stockholm, Swedia, 12 Maret 2020. TT News Agency/ Fredrik Sandberg via REUTERS

Iklan

Ali Mufid

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 6 Maret 2022

Rabu, 15 Juni 2022 07:02 WIB

Monolog Rute Jakarta - Roma

September ceria perjalanan jauh dari Jakarta menuju Roma. Tunggu dulu, kenapa tak menuju ke Milan ya agar terkesan totalitas sebagai Milanisti garis keras? Bisa saja ketika landing di kota itu, sekalian Tour San Siro. Seru kan?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sejauh ini adalah perjalanan terpanjang lintas negara. Mulanya tak pernah terbayang bisa ngopi Eropa? Mental dan nyali beda beberapa tahun lalu. Perlu berhitung satu hingga sekian kali. Pada akhirnya tiba paripurna lalu ya untuk berangkat. Bukankah setelah ini akan muncul tantangan baru? Begitu seterusnya.

Sekian bulan menghabiskan waktu dalam perjalanan dari Jogja ke Jakarta. Setelah tadi bersikap, sekarang giliran dokumen keberangkatan bersiap. Ada pertanyaan bisakah berangkat dengan limitnya waktu? Nah, di masa-masa ini terbangun imajinasi, bisa kompromi dengan otoritas waktu agar tak hanya 24 jam dalam sehari semalam? Atau bisakah negosiasi agar jarum jam berhenti sementara, bukan karena baterai jam rusak. Realitanya, diskusi ruang imaji tadi tak begitu lama bahkan tanpa silang pendapat. Tak disadari, Tuhan selalu menempatkan kita di lajur cepat saat kita merasa lambat atas apa-apa yang ingin didapat.

Penghujung Agustus 2019, dokumen keberangkatan lengkap sudah. Waktunya kembali ke Jogja untuk melanjutkan ngopi. Itu adalah sisa kopi, sesaat sebelum beranjak ke Jakarta. Tak menjadi soal melanjutkan yang tersisa, nyatanya tak berpengaruh atas apapun dalam sesi ritual cangkruk di Lidah Rakyat (LDR) café. Sebuah gubuk minimalis, penghuninya bukan patriarkis, beratap pergerakan sarat rancang bangun santri moderat, jawara silat dan beberapa aktivis. Berkumpul, berwacana, berhaha-hihi, tau-tau subuh dan mengantuk. Seringkali begitu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

September ceria perjalanan jauh dari Jakarta menuju Roma. Tunggu dulu, kenapa tak menuju ke Milan ya agar terkesan totalitas sebagai Milanisti garis keras? Bisa saja ketika landing di kota itu, sekalian Tour San Siro. Seru kan? Ah, tak penting sekarang ini. Toh kalau mendarat di Milan, lebih banyak menguras waktu melanjutkan perjalanan ke selatan Italia. Jadi ini bukan urusan sepakbola. Ya, kembali ke rencana awal jika perjalanan ini mengambil rute Jakarta-Roma. Sudah siap? Mari berangkat!

Transit Istanbul selama dua jam. Lumayan bisa melanjutkan rutinitas kaum rebahan. Menjelang siang bertolak ke Roma, Italia. Tiba di Fiumicino Airport bergegas mencari jaringan internet. Berkabar kawan di Calabria dan mengirim pesan kedatangan ke salah satu kenalan di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Roma.

Oiya hampir lupa ternyata masih ada bekal rokok. Sebat dulu baru lanjut jalan. Barangkali jika tak jauh dari perempatan ada gerobak angkringan, bisa

 lebih lama lagi sebatnya. Sudahlah ini negara orang, jangan berkhayal berlebihan. Kelar sebat, dari bandara naik bus kearah Termini. Cukup merepotkan karena kebetulan tahun ini berangkat sendirian.

"Dewean yo teteg," kata teman cangkruk yang baru ditinggal pacar pas lagi jeru-jerune.

Sok tenang (padahal panik) dengan tergopoh-gopoh tangan kanan kiri membawa koper dan carrier bag. Celakanya sampai di Termini jaringan internet ndelik entah kemana. Akhirnya melipir ke information center meminta rute ke kantor KBRI di Roma. Rute didapat mari berjalan sedikit cepat. Sayangnya langkah tak mampu menghentak dengan sempurna, kan bawa beban berat. Sampailah di kantornya orang-orang Indonesia. Karena jam kerja sementara orang-orang di sana masih sibuk, tak berlama-lama kemudian segera lapor diri, mandi. Kebayang kan berjam-jam di perjalanan. Belum lagi hujan interupsi dari aroma melati dan aroma lainnya bercampur jadi satu. Lalu makan siang, istirahat, siap-siap lanjutkan perjalanan ke selatan. Belum sampai ya? Jauh amat.

Beranjak dari kantor KBRI yang berlokasi di Via Campania 55, 00187 Roma, Italia pukul 09.00 malam, lalu jalan kaki menuju Fermata terdekat. Perjalanan kali ini menuju ke Roma Tiburtina. Sampai disana menunggu jadwal keberangkatan bus pukul 11.00 malam. Flixbus rute Rende, Calabria pun tiba. Segera naik dan duduk manis mengambil posisi ternyaman agar rileks. Baiklah, kurang lebih enam jam kedepan nampaknya bisa lumayan tenang untuk tidur lelap. Tiba di Pensilina (halte kampus Universita della Calabria) pukul 05.00 pagi.

"Ini tempat petualangan baru untuk beberapa tahun kedepan”

Alhamdulillah, selamat datang di Rende. Bersua kawan-kawan dari Indonesia, aku menyebutnya ini adalah miniatur Nusantara. Semoga Tuhan memberkati petualangan baru ini. Dan terimakasih proses, telah mengantarkan ke lingkungan baru untuk kembali belajar tentang Indonesia dari kejauhan.

Ikuti tulisan menarik Ali Mufid lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB