x

Contoh Buku dan Lisensi dari Penerbit. Foto-Ist.

Iklan

djohan chan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 28 November 2019

Jumat, 17 Juni 2022 11:52 WIB

Buku adalah Guru Paling Terdekat untuk Menimba Pengetahuan

Dalam hadits Rasulullah Muhammad SAW mengatakan. “ Uthlubul ilma, minal mahdi, ilal lakhdi.” Artinya, “ Tuntutlah Ilmu dari Buaian (sejak bayi), Sampai Liang lahat (menjelang kematian.” Pesan itu merupakan saran bagi manusia untuk tidak bosan belajar, atau menggali ilmu pengetahuan, sesuai dengan perkembangan zaman.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Guru, dalam pendidikan formal. Setiap memberikan materi pelajaran, pada umumnya tidak terlepas dari buku, sebagai kerangka acuannya. Selain itu, para muridnya dianjurkan untuk membaca buku tersebut, pada saat berada dirumah. Dari buku yang sering dibaca itu, maka semua isi didalam buku tersebut dapat terserap di otak para siswa dan siswinya.  

Menekuni pelajaran formal dan non formal, pada dasarnya hampir sama. Intinya adalah kemauan untuk memahami dari sesuatu bidang ilmu pengetahuan yang harus ditekuni, dengan satu tekad kesungguhan, akal dan pikiran, untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tersebut. Tanpa keseriusan yang sesungguhnya maka, ilmu pengetahuan yang diinginkan itu sulit untuk didapatkan, tentunya.

Mata pelajaran dalam pendidikan formal. Sebagaimana diketahui, semuanya terbatas dengan waktu yang telah ditentukan dalam dunia pendidikan, disekolah misalnya. Dari itu, para guru pendidik sering menganjurkan muridnya untuk banyak menghapal, membaca Buku dirumah. Guru, sewaktu waktu memberikan soal ujian, untuk mengetahui muridnya yang benar-benar telah menyerap pada halaman ujian dimaksud, apa tidak.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Demikian halnya dengan pelajaran dalam pendidikan non formal, dari Buku yang disukai dan dibeli, misalnya. Tanpa dibaca dan dihapalkan, serta dijiwai secara mendalam, tentunya ilmu pengetahuan yang diharapkan itu sulit untuk dicerna dengan baik. Padahal, buku merupakan guru paling terdekat, untuk menimba ilmu pengetahuan

Belajar dengan buku tidak terbatas dengan waktu. Pada waktu kapan saja anda ada waktu, bisa mengambil dan membaca buku tersebut, sekalipun pada saat berbaring ditempat tidur sekalipun, anda bisa membaca Buku tersebut. Dengan maksud dan tujuan, untuk mengambil inti sari dari makna yang ada didalam tulisan Buku itu, mislanya buku tentang ilmu jurnalis.

Namun ironisnya, para generasi muda saat ini, khususnya dalam dunia jurnalis, disinyalir masih senang ikut berkumpul, apabila ada kegiatan jumpa pers, tetapi kurang mampu menerapkan tulisan pada media tempatnya bekerja. Sehingga, sering mendapat julukan “muntaber,” artinya. muncul tanpa berita, dan hal semacam ini dapat mencedrai gerak langkah dirinya sendiri yang mengatas namakan profesi jurnalis.   

Hal itu terjadi, pada umumnya oknum tersebut hanya mementingkan diri pribadinya semata, dengan mengatas namakan profesi jurnalis. Padahal, para wartawan senior telah banyak memberikan bimbingan dalam dunia jurnalis, yang dituangkan dalam bentuk buku, misalnya yang berjudul  Mempersiapkan Diri Menuju Profesi Jurnalis karangan Djohan Chaniago.    

Buku yang mempunyai  license International Standard Book Number (ISBN), Nomor : 978-623-02-4685-2 ini karangan Djohan Chaniago, seorang jurnalis, yang telah mengeluti dunia kewartawanan 30 tahun lebih. Membagikan pengalamannya untuk pemula yang ingin terjun pada dunia Jurnalis. Mulai dari pemahaman 5W + 1H, cara mengumpulkan, menyunting, menyusun berita, hingga cara meliput berita, dan Kode Etik Jurnalistik, termasuk sejarah lahirnya wartawan.      

Djohan Chaniago, menggeluti profesi sebagai Jurnalis, pada era Menteri Penerangan Harmoko. Pernah jadi Wartawan di Surat Kabar Harian (SKH) Sinar Pagi, pada era Carle Torang Siahaan (Pimred), SKH Ekonomi Neraca, era Zulharman (Pimred), pernah menjadi Pimred Majalah Respon, Pimred Tabloid Lantang, Pimred Majalah Derap Hukum, Pimred Online, Wartawan Majalah Forum Keadilan, pada era Priyono Soembogo.  

Karena menulis, merupakan bagian dari hidupnya. Tanpa menulis, Djohan Chaniago merasa hidupnya hampa dan terbelenggu. Dengan menulis berbagai masalah sosial yang terjadi dan sedang berkembang, maka ia dapat menyalurkan suara hatinya, sebagai seorang jurnalis. Akibat dari sering berhadapan terus dengan komputer, atau laptop, kedua belah lensa matanya sempat dioprasi, dan diganti dengan lensa pendam.

Kala itu Djohan Chaniago sempat mengalami kebutaan dalam kurun waktu selama satu tahun 2019-2020. Hingga dilakukan oprasi mata di RS Arafah. Adapun operasi itu terealisasi, tidak terlepas dari dukungan Walikota Jambi Syarif Fasha dan Ketua PWI Jambi H. Raden Ridwan Agus. Karena Djohan Chaniago berdomisili di Kota Jambi, saat ini Djohan Chaniago sebagai penulis di indonesiana.id, platform jurnalisme warga dalam lingkungan group Tempo. ***

Ikuti tulisan menarik djohan chan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler