x

Ilustrasi Pemimpin. Karya: Mariana Anatoneag dari Pixabay

Iklan

Bambang Udoyono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Maret 2022

Sabtu, 18 Juni 2022 07:44 WIB

Tiga Cara Menjadi Pemimpin Baik

Masyarakat membutuhkan pemimpin di berbagai level. Baik di politik, bisnis, maupun keluarga harus ada pemimpin yang baik. Bagaimana caranya menjadi pemimpin yang baik? Sila baca terus.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh: Bambang Udoyono, penulis buku

Menjadi pemimpin adalah impian banyak orang. Pemimpin dibutuhkan di semua level, dari pimpinan nasional sampai pimpinan keluarga. Dari pimpinan politik sampai pimpinan bisnis. Semua sektor membutuhkan pemimpin yang baik. Sayangnya tidak semua orang mampu menjadi pemimpin. Akibatnya sering buruk.  Maka pertanyaannya bagaimana caranya menjadi pemimpin yang baik?

Mari kita cermati kata kata seorang pemimpin besar tentang topik ini. Ronald Reagan adalah presiden Amerika serikat di dasawarsa delapanpuluhan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

The greatest leader is not necessarily the one who does greatest things. He is the one that gets the people to do greatest things. (Ronald Reagan) Pemimpin terbesar belum tentu orang yang melakukan hal terbesar. Dia adalah orang yang mendorong orang mampu melakukan hal terbesar.  Demikian kira kira arti kalimat mutiara dari Ronald Reagan, mantan presiden Amerika Serikat di era 80’an.  

Seorang pemimpin besar itu dalam pengertian saya bukan hanya orang yang memiliki kekuasaan tertinggi, tapi bisa saja pemimpin keluarga atau lingkungan kecil saja seperti rt, rw, kantor cabang dsb.  Seorang pemimpin keluarga yang terbesar belum tentu dia sendiri yang menciptakan karya besar.  Bisa saja anak atau istrinya yang memiliki prestasi besar.  Artinya dialah yang menciptakan kondisi sehingga semua potensi anak istri berkembang maksimal.    Kalau mengambil ibarat dari pertanian, dialah yang mengolah tanah, mengairi, menumpas hama, dsb sehingga biji tanaman tumbuh maksimal.  Manakala anggota keluarganya bisa tumbuh maksimal sehingga mampu berprestasi baik maka pemimpin keluarga itu adalah seorang pemimpin besar.

Demikian juga Kepala RT/RE, kelurahan, dan semua organisasi.  Kalau ada atlit yang bisa menjadi juara, maka sejatinya bukan hanya si atlit dan pelatih yang sukses tapi kepala organisasinya juga. 

Mari kita baca sebuah hadist berikut.

”Hadits Abdullah bin Umar ra. Bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: Setiap orang dari kamu adalah pemimpin, yang akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpin. Seorang lelaki adalah pemimpin rumah tangga, akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpin. Seorang prempuan adalah pemimpin dalam rumah suaminya, akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpin. Pembantu rumah tangga adalah pemimpin atas harta tuannya, akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpin semua dari kamu adalah pemimpin, yang pasti akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpin.” (HR. Bukhori dan Muslim).

Dari hadist tsb dan dari kata kata Ronald Reagan nampak jelas bahwa tugas seorang kepala keluarga bukan hanya mencari nafkah saja.  Dia harus mengembangkan semua potensi anak buahnya atau anggota keluarganya.  Demikian juga semua organisasi di berbagai level.  Tugas kepalanya adalah mengembangkan semua potensi anggotanya.  Pemimpin tertinggi ya bertugas mengembangkan banyak pemimpin di bawahnya. 

Kata Ki Hajar Dewantoro  Tut Wuri handayani  atau dari belakang membimbing, mengawasi.  Biarkan anak anak yang memilih bidang apa yang disukai.  Kalau anak sudah menemukan greget maka tidak perlu ada tekanan untuk belajar dan bekerja.  Dia sudah memiliki enerji dari dalam dirinya.  Dia sudah memiliki disiplin intrinsik, disiplin dari dalam dirinya.  Maka orang tua tinggal mendukung saja, tidak perlu mendikte.  Ing ngarsa sung tulada. Artinya di depan memberi contoh.  Ing madya mangun karsa. Artinya di tengah memberi semangat atau memotivasi.

Orang tua memang idealnya menciptakan komunikasi efektif juga di keluarganya. Denagn kemampuan komunikasi efektif inilah orang tua menampaikan motivasi, meluaskan wawasan anak dan anak buah dsb. Meskipun demikian keteladanan justru lebih penting  karena anak dan anak buah akan belajar dari contoh.  Jadi perilaku tidak hanya dipelajari dari omongan saja tapi juga dari kebiasaan.  Pada kenyataannya kebiasaan yang ditanamkan orang tualah yang akan menjadi kebiasaan anaknya juga. 

Maka untuk menjadi pemimpin yang baik atau pemimpin yang besar, Anda harus mampu menciptakan kondisi agar anak dan anak buah Anda berkembang maksimal.  Kondisi ideal itu tercipta manakala ada komunikasi efektif antara pimpinan dan bawahan atau orang tua dan anak.  Lalu harus ada kebebasan mengembangkan diri.  Kemudian ada contoh baik.

Jangan lupakan prinsip di atas untuk mengembangkan potensi anak dan anak buah, tut wuri handayani, komunikasi dan beri contoh yang baik.    Semoga kita mampu menjadi pemimpin yang baik di berbagai tingkatan.

 

 

Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu