Mantan pebulu tangkis ganda campuran Indonesia Liliyana Natsir menunjukkan piagam Hall of Fame dari Federasi Bulu Tangkis Dunia di Istora Senayan, Jakarta, Sabtu (18/6/2022).
Peraih empat kali juara dunia dan medali emas pada Olimpiade 2016 tersebut resmi masuk dalam daftar kehormatan "BWF Hall of Fame". Raihan tersebut sebelumnya disandang Susi Susanti, legenda tunggal putri tanah air.
"Tiga tahun lalu saya di sini mengumumkan untuk pensiun, tetapi hari ini saya di sini untuk menerima penghargaan Hall of Fame dari BWF," kata Liliyana Natsir kepada pers sebagaimana dilansir dari Antara.
Lilyana menjadi legenda bulu tangkis dunia pada acara penobatan gelar Hall of Fame oleh BWF di Istora Senayan, Jakarta, Sabtu (18/6/2022) siang. Kasubid Hubungan Luar Negeri PBSI, Bambang Rudianto, memberikan langsung penghargaan tersebut yang disambut meriah ribuan penonton.
Karier Liliyana Natsir
Liliyana Natsir atau yang biasa disapa Butet atau Lily lahir di Manado, Sulawesi Utara, pada 9 September 1985. Ia merupakan putri dari pasangan Beno Natsir dan Olly Maramis alias Auw Jin Chen.
Kecintaannya pada bulu tangkis tumbuh saat di Sekolah Dasar. Awalnya ia bergabung di klub bulu tangkis Pisok Manado. Setelah lulus SD, Butet memilih untuk pergi ke Jakarta, dan masuk klub Bimantara Tangkas dan sekarang PB Djarum. Sang ayah bangga dengan ketekunan dan perjuanganyna untuk main bulutangkis. Dalam hal latihan, ia selalu menambah porsi latihannya. Hasilnya semua kejuaraan di Sulawesi Utara dia rajai.
Awal karier profesionalnya, ia berpasangan dengan Vita Marisa untuk di partai ganda putri. Akan tetapi, saat itu sang pelatih, Richard Mainaky memutuskan Butet untuk berpasangan dengan Nova Widianto di partai ganda campuran sejak tahun 2004.
Putusan pelatih terbukti berhasil. Sejak saat itu pasangan Nova Widianto-Liliyana berhasil meraih banyak gelar seperti Singapore Open (2004), SEA Games (2005, 2007), Juara Taiwan Open (2006), Indonesia Open (2005). Yang membanggakan kedua pasangan ini meraih juara dunia dunia di Amerika Serikat (2005) dan Malaysia (2007)
Tahun 2009 adalah menjadi tahun terakhir untuk pasanganterebut. Saat itu usia Nova menjadi alasan utama PBSI untuk mengakhiri pasangan yang beda usia cukup jauh, Nova waktu itu berusia 35 tahun. Sedangkan Liliyanan 8 tahun lebih muda.
Tidak memerlukan waktu lama untuk mencari pasangan bagi Liliyana, dan terpilih Tontowi Ahmad. Pasangan ini cukup cepat untuk beradaptasi satu sama lain, terbukti mereka berhasil menjuarai turnamen Macau Open Grand Prix Gold tahun 2010.
Prestasinya pun semakin mentereng ketika berpasangan dengan Tontowi Ahmad. Butet/Tontowi sukses merengkuh gelar Hattrick All England (2012-2014), juara dunia 2013 dan 2017 serta medali emas Olimpi.
Masih di rentang waktu tersebut, pasangan ini semakin kompak dan berhasil meraih banyak gelar diantaranya Juara Malaysia Open GP Gold 2011, Juara Sunrise India Open Super Series 2011, Juara Swiss Open 2012, Runner-Up Yonex Denmark Open 2012 dan masih banyak lainnya. Hal yang istimewa pasangan ini juga berhasil Juara Dunia di Guangzhou, Cina.
Sambutan yang luar biasa dari pasangan ini justru kedua pasangan ini berhasil pada tahun 2016. Butet berhasil merebut medali emas ganda camputan Olimpiade 2016 di Rio de Janiero, Brasil.
Liliyana Natsir memutuskan pensiun usai pertandingan final Indonesia Masters pada Minggu (27/1/2019). Namanya tercatat sebagai salah satu pebulutangkis Indonesia tersukses sepanjang sejarah.
Ikuti tulisan menarik Slamet Samsoerizal lainnya di sini.