x

Beliau kerap disapa SDD

Iklan

Elpida Fathi Garwita

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 10 April 2022

Rabu, 22 Juni 2022 14:03 WIB

Mengenal Sapardi Djoko Damono, Sastrawan Hebat Indonesia

Karya sastra seolah-olah artefak atau benda mati yang memberikan manfaat atas kehadirannya yang dilibatkan dalam pembelajaran sastra.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono dikenal sebagai salah seorang sastrawan yang memberi sumbangan besar kepada budayaan masyarakat modern di Indonesia. Salah satu sumbangan terbesar Guru Besar Fakultas Sastra UI ini adalah melanjutkan tradisi puisi lirik dan menghidupkan kembali sajak empat seuntai atau kwatrin yang sudah muncul di zaman para pujangga baru seperti Amir Hamzah dan Chairil Anwar.

Pria kelahiran Solo, Jawa Tengah ini, mengaku tidak pernah menjadi seorang seniman, karena beliau pernah bertemu dengan puisi yang tidak pernah diungkapkan. Sejak masih belia putra Sadyoko dan Sapariyah itu sering membenamkan diri dalam tulisan-tulisannya. Bahkan ia pernah menulis sebanyak delapan belas sajak hanya dalam satu malam.

Kegemarannya pada sastra, sudah mulai tampak sejak ia masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Sapardi Djoko Damono terkenal sebagai penyair. Di samping itu, Sapardi juga terkenal sebagai dosen, pengamat sastra, kritikus sastra, dan pakar sastra.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penghargaan yang diraih oleh Beliau adalah Cultural Award dari Australia (1978), Anugerah Puisi Putra dari Malaysia (1983), SEA Write Award dari Thailand (1986), Anugerah Seni dari Pemerintah Indonesia (1990), Mataram Award (1985), Kalyana Kretya (1996) dari Menristek RI, dan Penghargaan Achmad Bakrie (2003).

Pria kelahiran 1940 ini sudah pasti mempunyai hobi menulis. Banyak karya-karya Beliau yang banyak disukai oleh para penggemarnya seperti Novel Hujan Bulan Juni (1991), Pada Suatu Hari Nanti (2013), dan masih banyak lagi.

Hujan Bulan Juni merupakan salah satu novel trilogi dari Sapardi yang paling banyak diburu. Manis-getir kisah Sarwono dan Pingkan dituangkan begitu penuh makna oleh Sapardi. Hujan Bulan Juni tidak berhenti tenar sampai kumpulan kata, tapi juga dilirik untuk diadaptasi ke layar lebar, yang dengan apik diperankan oleh Adipati Dolken dan Velove Vexia.

Sebelum beralih menjadi novel, Hujan Bulan Juni terlebih dahulu terbit merupa kumpulan puisi, yang kemudian juga disisipkan ke dalam novel bersama dengan Sarwono untuk Pingkan, kekasihnya.

Ikuti tulisan menarik Elpida Fathi Garwita lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler