Hari Raya Idul Adha diperingati setiap tanggal 10 bulan Dzulhijah. Peringatan hari besar Islam ini, selain penyembelihan hewan kurban juga diisi berbagai tradisi unik oleh masyarakat di Nusantara. Masing-masing tradisi perayaan Idul Adha ini memiliki cerita unik dan penuh makna kedaerahan. Hal ini yang memperkuat wawasan kita sebagai anak bangsa bahwa Indonesia memiliki ragam budaya. Berikut beberapa tradisi di perayaan Idul Adha di tanah air ;
Grebeg Gunungan, Yogyakarta
Yogyakarta merupakan kota yang sarat budaya. Setiap momentum Idul Adha, terdapat tradisi berupa Grebeg Gunungan. Ya, tradisi dilaksanakan dengan cara mengarak hasil bumi yang dikemas dalam bentuk gunungan raksasa. Gunungan itu diarak dari Keraton menuju Masjid Gedhe Kauman.
Gunungan tiga tingkat itu berisi sayur mayur dan buah-buahan yang diambil dari hasil bumi para petani. Masyarakat setempat meyakini, jika berhasil mengambil hasil bumi dari gunungan tersebut maka akan mendatangkan rezeki yang berlimpah dan berkah.
Gamelan Sekaten, Surakarta
Gamelan selain menjadi salah satu instrumen musik tradisional Jawa, juga digunakan untuk penanda momentum Hari Raya Idul Adha. Tidak hanya itu, Gamelan Sekaten sering digunakan pada acara Maulid Nabi Muhammad SAW dan Hari Raya Idul Fitri. Masyarakat setempat berbondong-bondong menyaksikan pertunjukan gamelan di Keraton. Masyarakat mempercayai bahwa dengan menyaksikan gamelan itu bisa membawa berkah dan panjang umur.
Accera Kalompoang, Gowa
Tradisi yang berasal dari Gowa, Sulawesi Selatan ini merupakan acara ritual untuk membersihkan benda-benda peninggalan Kerajaan Gowa. Benda itu tersimpan rapih di Istana Balla Lampoa.
Tradisi ini sudah sangat lama dilakukan masyarakat setempat. Bahkan dari berbagai sumber menyebutkan jika tradisi ini sudah ada sejak pemerintahan Raja Gowa ke-14. Nah, dalam tradisi ini bahwa masyarakat setempat seringkali melakukannya selama dia hari berturut-turut menjelang san pada saat Hari Raya Idul Adha.
Jemur Kasur, Banyuwangi
Kali ini juga ada tradisi yang tak kalah menariknya. Berasal dari tradisi masyarakat di Banyuwangi, terdapat tradisi menjemur kasur oleh masyarakat suku Osing di Desa Kemiren, Glagah, Banyuwangi, Jawa Timur. Tradisi yang dilakukan oleh masyarakat setempat ini memiliki makna untuk menolak bala dari bencana atau penyakit serta diyakini memelihara rumah tangga agar tetap harmonis.
Kasur yang dijemur pun tidak asal pilih. Biasanya yang dijemur merupakan kasur gembil berwarna merah dan hitam. Dua warna itu memiliki arti berani untuk merah dan langgeng untuk warna hitam.
Bangga kan atas kekayaan tradisi Indonesia. Kita patut bangga sebagai anak Negeri dan sudah sepatutnya melestarikan tradisi yang menjadi identitas masing-masing daerah. Jadi, tradisi menarik apa lagi yang ada di daerah kalian saat perayaan hari raya umat Islam?
Ikuti tulisan menarik Ali Mufid lainnya di sini.