(Bagian 3)
“Dengan bersabar, bertawakal, bersujud ke hadapan-Nya dan katakana: ‘Hambamu yang lemah ini datang menghadap dan menghaap rido yang selalu Engkau limpahkan kepada para umat-Mu.’ Itu salah satunya!”
“Kalau begitu, garis horisontal dan vertikal diperlukan dalam hidup dan kehidupan ini?”
“Tak sekedar itu. Akan tetapi, selalu dan harus selalu diciptakan.”
“Agar seimbang, maksud guru?”
“Ya!”
“Untuk apa?”
“Ke horisontal kita menerima hidup dan kehidupan dengan senyata-nyatanya. Ke vertikal, kita menyadari ada Sang Mahapencipta dan pemberi hidup dan kehidupan. Itu sebabnya, seringlah berkomunikasi dengan-Nya agar kita menjadi bijak dan arif budiman.”
“Hari mulai menjelang fajar. Aku pamit dan hendak menyongsong hari ini dengan jati diriku dan akan melihat semua kenyataan serta menghadapinya, guru.”
“Sudahkah kau paham apa yang aku sampaikan anakku?”
“Ya.”
“Syukurlah! Esokmu yang melaju bertolak dan berlabuh pada dirimu –jatidirimu. Berangkatlah! sonsong hari ini dengan esokmu dengan gemilang!”
“Terima kasih, guru!”
(Tamat)
Ikuti tulisan menarik Slamet Samsoerizal lainnya di sini.