Timnas U19 putra Indonesia harus mengakui kenyataan pahit bahwa tidak mampu lolos grup karena kalah head to head antara Thailand dan Vietnam. Hal tersebut karena Indonesia pada dua laga sebelumnya saat bertemu dengan Thailand dan Vietnam hanya mampu bermain imbang tanpa gol, sedangkan Thailand dan Vietnam dalam laga terakhir juga bermain imbang namun dapat mencetak gol masing-masing satu gol. Walaupun menjadi tim dengan produktivitas gol paling banyak dan kemasukan paling sedikit, hitungan selisih gol tidak berlaku ketika Vietnam dan Thailand berakhir imbang dengan masing-masing tim salimg memasukkan.
Beberapa mungkin masih bisa menerima, beberapa mungkin mencaci maki Thailand dan Vietnam yang dianggap main sabun. Namun, hasil sudah keluar dan timnas U19 putra Indonesia sudah dinyatakan tidak lolos grup walaupun ada gelagat dari federasi PSSI akan mengajukan protes terhadap AFF karena menduga Vietnam dan Thailand saling bermain sabun. Tapi baiknya kita tetap terus maju dan membiarkan timnas U19 putra Indonesia terus berkembang untuk menghadapi laga penting, yaitu kualifikasi Piala Asia U20 bulan september nanti. Sekarang sudah waktunya kita mengalihkan fokus kepada generasi timnas baru kelahiran 2006-2007 yang juga akan menghadapi Piala AFF U16 pada 31 Juli-13 Agustus 2022 di Indonesia.
Karena terlalu fokusnya khalayak dengan timnas dibawah asuhan Shin Tae-yong, timnas U16 dibawah asuhan Bima Sakti Tukiman seperti terlupakan oleh sebagian besar suporter timnas Indonesia. Pria kelahiran 23 Juni 1976 (46 tahun) ini diam-diam sebenarnya sudah melakukan seleksi dan persiapan tim dari awal tahun melalui pemantauan dari kompetisi-kompetisi swasta seperti Liga Topskor ataupun Piala Soeratin garapan PSSI melalui asosiasi daerah. Namun, ini menjadi keuntungan tersendiri untuk timnas U16 putra Indonesia karena kurangnya sorotan menjadikan pelatih Bima Sakti dan staffnya tidak mengalami tekanan yang berlebihan.
Namun, kekalahan timnas U19 yang cukup menyakitkan tentu membutuhkan pelampiasan yang kebetulan dalam grup timnas U16 Indonesia nantinya terdapat Vietnam, Singapura, dan Filipina. Tentu pertandingan Indonesia dan Vietnam akan menjadi sorotan yang menyita perhatian banyak pihak yang dirasa harus dimenangkan, karena amarah yang masih membara atas dugaan main sabun Thailand dan Vietnam. Disinilah keahlian pelatih Bima Sakti Tukiman dalam meramu timnya nanti diuji, apalagi dalam beberapa kesempatan pelatih Bima Sakti dianggap sekedar pelatih sekelas guru pendidikan jasmani yang kurang berpengalaman. Padahal bila dikulik dari tahun 2017, pelatih Bima Saktilah satu-satunya pelatih lokal saat ini yang pernah memegang dan menjadi asisten pelatih di semua kelompok umur Timnas Indonesia.
Bisa dikatakan Bima Sakti adalah pelatih paling lama yang berada di lingkungan Timnas Indonesia yang dimulai dari tahun 2017 sebagai asisten pelatih timnas U23 dan senior menemani Luis Milla. Setelahnya pada tahun 2018 sempat pula menjadi pelatih sementara timnas U19 angkatan Asnwani Mangkualam, Witan Sulaeman cs menggantikan Indra Sjafri setelah rangkaian pertandingan yang kurang memuaskan dan pernah pula memegang timnas senior untuk ajang Piala AFF 2018 setelah kontrak Luis Milla tidak diperpanjang. Barulah pada 2019 dirinya bersama Fachri Husaini, Indra Sjafri serta Simon Mcmenemy secara berurutan menjadi pelatih kepala timnas U16, U19, U22 dan senior.
Pada tahun pertama dirinya menjadi pelatih kepala U16 Bima Sakti mampu memberikan prestasi yang lumayan, seperti peringkat tiga Piala AFF U16 dan lolos Piala Asia U16 2020 melalu jalur kualifikasi yang akhirnya melambungkan pemain-pemain seperti I Made Kaicen, Alex Kamuru, dan bakat baru timnas U19 saat ini, Marcelino Ferdinan. Namun sayangnya, turnamen Piala Asia U16 2020 tersebut harus dibatalkan karena pandemi yang mulai merebak. Mantan pemain yang pernah berguru di Italia bersama Sampdoria junior dan pensiun di Persiba Balikpapan ini pun memiliki kelebihan lainnya, yaitu belajar langsung dari tiga pelatih berbeda, dari tiga negara berbeda. Pertama tentu Luis Milla (Spanyol) dari tahun 2017-2018 sebagai asisten pelatih, lalu berguru kepada Dennis Wise (Inggris) untuk mengikuti program Garuda Select angkatan kedua, dan beberapa semenjak Shin Tae-yong (Korea Selatan) menjadi pelatih kepala terlihat Bima Sakti 'membantu' kinerja Shin Tae-yong untuk mempersiapkan timnas U19.
Dari training center di Turki, di Korea, dan terakhir ditunjuk bersama Dzenan Radoncic untuk mendampingi timnas U19 bermain di Toulon Cup, Prancis. Dengan tempaan serta pengalaman yang didapatkan oleh Bima Sakti selama kurang lebih lima tahun ini sebagai pelatih dan asisten pelatih, Bima Sakti sendiri merupakan salah satu pelatih asal Indonesia yang memiliki prospek cerah sekaligus calon pelatih masa depan untuk timnas senior kedepan bila dirinya bisa konsisten menunjukkan keahliannya. Dimulai dengan tentunya mampu membawa timnas U16 putra Indonesia kembali paling tidak meraih posisi tiga dalam ajang Piala AFF U16 2022 serta mampu membawa timnas U16 lolos Piala Asia U17 2023 melalui jalur kualifikasi yang akan diadakan bulan oktober nanti. Kesaktian Bima Sakti akan segera dimulai bulan ini dan menghilangkan anggapan bahwa dirinya hanya sekelas guru pendidikan jasmani belaka adalah salah.
Ikuti tulisan menarik muhammad rizal lainnya di sini.