Kajian Semiotika pada Film Ayat-Ayat Cinta

Rabu, 13 Juli 2022 06:39 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Film ayat-ayat cinta merupakan film yang menggambarkan percintaan atau roman, seperti layaknya film-film bertema cinta lainnya yang senantiasa menarik penonton terutama di kalangan remaja. Namun, film ini berbeda lebih menarik penonton karena selain bertemakan percintaan, juga memiliki nuansa Islam. Hal itu terlihat dalam simbol-simbol yang digunakan dalam film, misalnya, sholat, ayat al-qur’an, ceramah, adzan, bahasa arab, pakaian cadar, tasbih, universitas al-azhar, dan budaya arab seperti perbudakan, dan lainya. Penonjolan simbol-simbol itulah yang kemudian dikesankan oleh penonton terutama dikalangan umat Islam sebagai film bernuansa dakwah. Apalagi diperkuat dengan pesan-pesan verbal soal Islam terpampang nyata disepanjang film.

gambar novel ayat ayat cinta

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ayat-ayat Cinta adalah sebuah film religi Indonesia karya Hanung Bramantyo yang diadaptasi dari sebuah novel best seller karya  Habiburrahman El-Shirazy berjudul sama. Film ini diproduksi MD Entertainment dan tayang perdana pada 28 Februari 2008. Walaupun kisah dalam film dan novel Ayat-Ayat Cinta berlatarkan kehidupan di Kairo, Mesir, tetapi proses pengambilan gambar tidak dilakukan di kota itu.

Sebuah kisah cinta dengan latar belakang agama, terutama Islam, dalam kehidupan. Fahri bin Abdullah Shiddiq yang di perankan oleh Fedi Nuril adalah seorang pelajar Indonesia yang berusaha menggapai gelar masternya di Al-Azhar. Ia harus berkutat dengan berbagai macam impiannya dan kesederhanaan hidup di Mesir. Ia bertahan dengan menjadi penerjemah buku-buku agama. Semua impian dijalani Fahri dengan penuh antusias kecuali satu yaitu menikah.

Fahri adalah laki-laki taat yang begitu lurus. Dia tidak mengenal pacaran sebelum menikah. Dia kurang artikulatif saat berhadapan dengan perempuan. Hanya ada sedikit perempuan yang dekat dengannya selama ini, neneknya, Ibunya dan saudara perempuannya.

Film ayat-ayat cinta merupakan film yang menggambarkan percintaan atau roman, seperti layaknya film-film bertema cinta lainnya yang senantiasa menarik penonton terutama di kalangan remaja. Namun, film ini berbeda lebih menarik penonton karena selain bertemakan percintaan, juga memiliki nuansa Islam. Hal itu terlihat dalam simbol-simbol yang digunakan dalam film, misalnya, sholat, ayat al-qur’an, ceramah, adzan, bahasa arab, pakaian cadar, tasbih, universitas al-azhar, dan budaya arab seperti perbudakan, dan lainya. Penonjolan simbol-simbol itulah yang kemudian dikesankan oleh penonton terutama dikalangan umat Islam sebagai film bernuansa dakwah. Apalagi diperkuat dengan pesan-pesan verbal soal Islam terpampang nyata disepanjang film.

 Tak dipungkiri film ini sepintas sangat kental dengan simbol-simbol Islami, nilai-nilai dakwah dan kisah percintaan. Secara verbal di film ini memang ditonjolkan pesan-pesan penghormatan terhadap perempuan, tetapi simbol-simbol yang muncul mengandung beragam interpretasi. Lewat film itu karakter-karakter utama seperti, Fahri, Maria dan Aisyah muncul sebagai ikon-ikon baru dalam budaya populer. Sebab mereka sebelumnya tidak tergolong memiliki reputasi harum dalam film-film Indonesia terlebih lagi dalam hal ketataan beragama. Simbol-simbol lain yang paling dominan dalam film ini adalah symbol-simbol terkait dengan kisah percintaan. Misalnya, latar sungai nil ( meskipun bukan sebenarnya)menjadi tempat pertemuan Fakhri dengan Maria, Kereta bawah tanah menjadi tempat awal-mula Fakhri berkenalan dengan Aisyah. Flat menjadi tempat menjalin kisah cinta mariadanFakhri. Minuman, kue, surat-surat yang diberikan kepada Fakhri dari beberapa perempuanyang menyukainya memiliki makna sebagai perhatian, persahabatan, cinta dan pengorbanan. Apapun keadaannya, symbol dan tanda memiliki makna yang berbeda ketikadiinterpretasi oleh orang yang berbeda dan oleh orang yang memiliki latar belakangbudayayang berbeda. Karna makna-makna simbolik cenderung bersifat subjektif, tergantungdari orang yang memberikan interpretasi.

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Dede Rahmah Hidayati

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Meme Politik dalam Ruang Wacana Politik

Sabtu, 16 Juli 2022 06:01 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler