(Bagian 1)
Kurangnya penerbitan karya sastra lama Indonesia, buku pelajaran yang membahas dan memperkenalkannya, pembahasan atau informasi dalam buku tersebut salah dan tidak mendorong minat siswa untuk mempelajarinya. Dengan kata lain mendorong merendahkan nilai karya sastra itu. Ini salah satu penyebab, sastra lama kurang diminati.
Di samping itu selama ini di sekolah-sekolah kurang mendapatkan perhatian bahwa karya sastra mengandung sesuatu yang indah dan berguna. Sebagai bagian dari karya sastra umumnya, sastra lama Indonesia pun memiliki nilai indah seperti secara umum pendidikan etika dan estetika yang tinggi.
Sastra Lama sebagai Ajaran Moral
Di dalam sastra lama, terdapat ajaran moral yang dipergunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari. Sebagai karya sastra yang dibangun oleh unsur intrisnik dan ekstrinsikpatut diketahui oleh pendengar atau pembacanya.
Ia adalah produk pemikiran pada waktu tertentu. Kekhasannya yang paling menonjol yaitu setiap karya sastra Indonesia adalah milik masyarakat (kolektif). Selain itu, tidak pernah mencantumkan nama pengarangnya atau anonim dan tahun penciptaannya.
Itu sebabnya untuk mengelompokkan nya tidak didasarkan pada periode. Akan tetapi, pada bentuknya.
Berdasarkan bentuk inilah dikenal: puisi lama dan prosa lama. Sebagai catatan bentuk drama dalam sastra lama Indonesia belum dikenal. Puisi lama mencakup: peribahasa, gurindam, pantun, syair, mantra, dan talibun. Sedangkan prosa lama mencakup: cerita jenaka dan Hikayat.
Oleh karena isinya yang yang beragam, maka penggolongan berdasarkan isinya dikenal adanya sastra sejarah, sastra undang-undang. Sastra yang berisi petunjuk dalam pemerintahan yang dimaksudkan dalam prosa lama bukanlah berisi fakta-fakta sejarah, namun didasarkan kepada kepercayaan dan pandangan hidup masyarakat setempat.
(Bersambung)
Ikuti tulisan menarik Slamet Samsoerizal lainnya di sini.