x

Ibu- ibu antrian minyak goreng di Bandung. Foto Reka Nurul

Iklan

Ali Mufid

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 6 Maret 2022

Kamis, 14 Juli 2022 15:41 WIB

Minyak Goreng Traktiran Anak Bos Partai

Kenapa sih kita tidak diperlihatkan satu terobosan baru. Anak pejabat atau bos partai yang berhasil merakit pesawat tempur. Atau anak politisi kawakan mampu mengembangkan sepeda terbang.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Mestinya masyarakat Indonesia senang melihat rasa peduli anak bos partai rela merogoh kocek demi mentraktir puluhan ibu-ibu saat beli minyak goreng. Cara ini layak masuk dalam nominiasi strategi inovasi kampanye terbaik jelang hajat demokrasi 2024 nanti. Anak  bos partai tak cuma-cuma bagikan minyak goreng kok. Dia bayar itu minyak, baru dibagikan ke ibu-ibu.

Teruntuk rakyat Indonesia dimanapun berada. Bersiaplah menyantap hidangan seperti ini paling tidak untuk satu tahun kedepan.  Ya, praktek-praktek aji mumpung semacam ini baru dipertontonkan oleh Menteri Perdagangan RI yang sekaligus menjabat Ketua Umum Partai Amanat Nasional. Lihai pandai berkilah orang-orang disekelilingnya, mereka cukup melontarkan alasan jika acara bagi-bagi minyakita merupakan giat partai. Kehadiran sosoknya bukan dalam kapasitas sebagai pembantu presiden.

Si bos besar mumpung punya jabatan, mumpung menjadi ring satu Presiden Jokowi. Alih-alih kunjungan ke kampung halaman agar mampu menstabilkan harga minya goreng yang kocar-kacir, malah dipakai ajang promosi anaknya. Siasat tetaplah siasat, namun perlu dicatat, masyarakat sudah cerdas momen pemanfaatan jabatan untuk kepentingan kampanye politik. Buat ibu-ibu, tentu senang perkara minyak goreng ada yang mentraktir. Tapi bagi alam demokrasi kita, nampaknya bukan nilai etis yang sedang diperjuangkan melainkan nilai ambisi yang tengah dimainkan.

Kita meyakini bahwa itu bukan praktek dinasti politik. Toh kalaupun anak bos partai maju kontestasi politik dan terpilih karena kehendak rakyat secara demokratis sesuai konstitusi, sah-sah saja. Tetapi persoalanya adalah tentang cara mencapai sesuatu dan nilai etis yang semestinya menjadi formula terbaik sebagai bahan edukasi rakyat. Rakyat masih banyak yang susah, nalar berfikirnya jangan pula dibikin susah. Mestinya diberi asupan gizi tinggi oleh mereka yang jauh lebih memiliki intelektualitas.

Kita sudah bosan dengan pemandangan anak pejabat yang sama-sama memelihara syahwat politik kekuasaan seperti orang tuanya.

Kenapa sih kita tidak diperlihatkan satu terobosan baru. Anak pejabat atau bos partai yang berhasil merakit pesawat tempur. Atau anak politisi kawakan mampu mengembangkan sepeda terbang. Ataupun bisa saja terbosan, anak pejabat negara ini berhasil mengharumkan nama bangsa melalui temuan barunya berupa rekayasa genetika dinosaurus era reformasi dan keterbukaan informasi publik. Praktis ini menjadi satu kebanggaan ketimbang berlindung dibalik nama besar orang tuanya lalu bersama-sama melanggengkan kekuasaan keluarga atau kelompoknya.

Ruang publik ini milik kita bersama. Kebebasan berekspresi para elit dibatasi oleh kebebasan rakyat selaku pemegang kedaulatan. Nilai kepantasan dan etika berpolitik janganlah mengusik ketenangan rakyat yang tengah fokus pemulihan pasca pandemi. Jangan pula membuat bising ruang publik yang saat ini tengah adaptasi ditengah banyaknya lonjakan bahan-bahan pokok. Mainkanlah orkestrasi yang enak didengar. Jangan terus-terusan memberi pertunjukan yang amburadul.

Tetapi apapun itu, kita patut apresisi atas upaya setiap orang demi menjaga asa politik kekuasaan. Pendahulu kita mengajarkan optimisme dalam berbangsa dan bernegara. Dinamika unik yang sering terjadi sekarang ini, anggaplah hanya kerikil-kerikil kecil tak berarti dalam langkah menuju kemandirian bangsa. Rakyat masih bisa makan suplemen berbahan dasar narasi optimisme. Selama elit tak mengusik, wong cilik akan tetap baik.

 

Ikuti tulisan menarik Ali Mufid lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB