x

Mahasiswa menampilkan poster kritikan untuk DPR saat aksi demo Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP) di Kawasan Istana Negara, Kota Bogor, Senin, 27 Juni 2022. Tempo/Magang/Muhammad Syauqi Amrullah

Iklan

Fajrianto Rahardjo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 18 Januari 2022

Jumat, 15 Juli 2022 10:51 WIB

Bergeraklah Mahasiswa!

Artikel ini menguarai redupnya marwah dan semangat mahasiswa yang identik dengan agen perubahan (Agent of Change) saat ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Eko Prasetyo dalam bukunya yang berjudul "Bergeraklah Mahasiswa". Membaca buku ini serasa menghirup kembali pesan sang penyair yang seakan hilang. Widji Thukul; Hanya Ada Satu Kata, Lawan!.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Bergeraklah Mahasiswa

Penulis: Eko Prasetyo

Penerbit: Intrans Publishing

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tebal: 136 Halaman

Sebagai kaum yang terpelajar, mahasiswa dipandang punya peran besar dalam mengubah tatanan sosial. Narasi yang menyatakan bahwa mahasiswa adalah agen perubahan (agent of change) bukanlah slogan yang hadir tanpa sebab, melainkan sebagai bukti betapa besarnya kontribusi mahasiswa dalam membuat perubahan yang dicatat oleh sejarah. Angin segar reformasi yang dihirup saat ini hadir dari ratusan lumuran darah “mahasiswa” yang tertumpah.

Namun disayangkan bahwa idealisme mahasiswa dalam memperjuangkan kebenaran dan keadilan akhir-akhir ini mulai terlihat bergeser. Banyak diantara mereka sudah mulai kehilangan identitas sehingga tidak menunjukkan kekompakkan dalam menyikapi berbagai permasalahan bangsa yang seharusnya menjadi tanggung jawab mereka. Demonstrasi mahasiswa dalam memperjuangkan keadilan masyarakat marjinal yang tidak seramai dahulu, cukup menjadi bukti betapa redupnya semangat mahasiswa dalam menjawab persoalan yang tengah terjadi.

Hal inilah yang kemudian coba diulas oleh Eko Prasetyo dalam bukunya yang berjudul Bergeraklah Mahasiswa. Jika dahulu ruang kelas dan kantin mahasiswa dipenuhi dengan diskusi hingga adu gagasan tentang wacana peradaban, hari ini akan sulit menemukan seperti hal yang demikian. Kuliah kini dilalui dengan cara sederhana: datang-dengarkan lalu pulang. Kantin tidak lagi menjadi tempat yang riuh akan ide-ide cemerlang, melainkan menjadi tempat kelompok mahasiswa untuk berpetualang dengan gadgetnya.

Selain kritik terhadap potret mahasiswa saat ini, hal lain yang bisa ditemui dalam buku ini menggambarkan bahwa dunia pendidikan tinggi di Indonesia sekarang tidaklah seindah yang dibayangkan. Dunia kampus kini terkesan tidak memberi ruang kebebasan bagi tumbuhnya mimpi-mimpi besar. Dunia kampus saat ini sulit menoleransi pembangkangan, dan berisi banyak aturan yang membelenggu kebebasan.

Mahasiswa terlihat seperti domba yang digiring sesuai dengan keinginan aparat kampus. Kadang dipakai untuk pasukan laga yang punya tujuan untuk memenangkan lomba, kerapkali juga jadi kawanan massa yang digiring untuk mendukung sebuah acara. Jika keinginan kampus tidak dikehendaki, pidana drop out (DO) siap menghantui. Inilah sedikit uraian keresahan Eko Prasetyo tentang keadaan kampus saat ini.

Selain hal di atas, buku yang seharusnya menjadi bacaan wajib seluruh mahasiswa di Indonesia ini juga mendorong agar setiap mahasiswa memberikan diri untuk terjun dalam dunia organisasi-organisasi kampus maupun organisasi ekstra. Karena pada dasarnya, baik disadari atau tidak, oganisasi dapat membentuk karakter, kerangka berpikir, sikap kritis, dan jiwa kepimpinan mahasiswa yang nantinya akan berguna bagi kelangsungan hidup dimasa yang akan datang. Melalui organisasilah mahasiwa memiliki arti yang sesungguhnya. Hal-hal yang tidak mampu diajarkan di bangku kuliah terkadang seringkali di dapat melalui kegiatan di organisasi.

Disinilah pentingnya buku ini untuk di baca, tidak hanya oleh kalangan aktivis mahasiswa saja, tetapi baik juga bagi mahasiswa umum lainnya maupun para anak muda yang kelak akan menjadi mahasiswa. Selain kaya akan pengalaman, motivasi dan imajinasi, kita juga diajak untuk menapaki luasnya persoalan sosial yang membutuhkan peran mahasiswa sebagai agen perubahan (agent of change) untuk menyeselesaikannya.

Membaca buku Bergeraklah Mahasiswa ini serasa menghirup kembali pesan sang penyair yang seakan hilang. Widji Thukul; Hanya Ada Satu Kata, Lawan!

 

 

Ikuti tulisan menarik Fajrianto Rahardjo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler