x

Ilustrasi Persoalan Mate-matika. Ilustrasi oleh Mohamed Hassan dari pixabay.com

Iklan

Slamet Samsoerizal

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 Maret 2022

Rabu, 20 Juli 2022 07:29 WIB

Selama Ini Kita Ragu Semoga 2 x 2 = 4  (Bagian 2)

Polemik selalu menyata dalam dua rona: pro dan kontra. Selebihnya adalah bias, baur dalam sekat rongga benak pengopini. RUU Sisdiknas, Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP), soal Koalisi Partai hingga hingga perdebatan  4X6 atau 6 x 4 adalah sejumput contoh yang bisa diambil. Pengopini pro punya argumen logis. Pengopini kontra punya silat lidah berjurus-jurus hingga merujuk pada konteks yang lebih luas.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

(Bagian 2)

Fisikawan Prof. Yohanes Surya lewat laman Facebook-nya, menjelaskan perbedaan 6 x 4 dan 4 x 6. Dia memberikan gambaran jeruk dalam kotak. Berapa jeruk dalam 2 kotak berisi masing-masing 4 jeruk? Jawabnya adalah 4 jeruk + 4 jeruk

Kalimat Berapa jeruk dalam 2 kotak berisi masing-masing 4 jeruk ? Boleh ditulis

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

2 kotak x 4 jeruk/kotak =

disingkat

 2 x 4 jeruk =

 

Jadi

2 x 4 jeruk = 4 jeruk + 4 jeruk

 

Selanjutnya kita tulis

2 x 4 = 4 + 4 (kesepakatan)

 

Dengan kesepakatan itu kita boleh menulis :

6 x 4 = 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4

4 x 6 = 6 + 6 + 6 + 6

 

Kesimpulan:

 

Ketika menghitung 6 x 4 kita membayangkan menghitung jumlah jeruk dalam 6 kotak berisi masing-masing 4 jeruk. Jadi 6 x 4 = 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4

 

Ketika menghitung 4 x 6 kita membayangkan menghitung jumlah jeruk dalam 4 kotak berisi masing-masing 6 jeruk. Jadi 4 x 6 = 6 + 6 + 6 + 6

 

Dengan logika kotak dan jeruk ini, lebih mudah bagi kita untuk mengerti tidak hanya soal-soal cerita perkalian tetapi juga berbagai operasi matematika seperti 28:7 = atau 4a + 4b = 4 (a + b) dsb.

Menanggapi hal itu, pakar pendidikan Arief Rachman mengatakan, dalam pembelajaran matematika proses mendapatkan hasil jawaban sangat penting. Meskipun melalui proses yang berbeda dan mendapatkan hasil sama menurutnya tidak ada yang bisa disalahkan.

 

"Keunggulan proses lebih penting daripada keunggulan hasil. Bagaimana proses mereka mendapatkan hasil itu yang harus diargumentasikan."

Lantas bagaimana dengan pendapat berikut?

Nia Lusiana (32), seorang ibu yang memiliki anak kelas II SD di sebuah sekolah swasta di Jakarta Timur mengaku geram.

 

"Yang namanya matematika kan ilmu pasti Mas. Saya nggak terima aja kalau itu sampai terjadi dengan anak saya, cuma gara-gara beda metode kok disalahin," kata Nia kepada Tribunnews.com, Selasa (23/9/2014).

 

Dirinya juga menuturkan, seorang guru harusnya memiliki analisis yang baik. Nia tak membayangkan betapa sulitnya jika seluruh murid yang diajarkan harus sesuai dengan isi kepala sang guru.

 

"Gini aja deh, gurunya suruh balik ke SD lagi. Saya yang ajarin," katanya geram.

 

***

 

Uh, sombongnya!  Spontan Mas Nakurat bereaksi baca pernyataan Bu Nia. Karena Mas Nakurat paham, mengajarkan ilmu yang sederhana sekalipun di kelas yang campur aduk tingkat kecerdasannya,  tak semudah yang dibayangkan!

 

Yah, malah tambah bias bin baur celoteh Mas Nakurat.

Stop .. stop!

Hmm, entahlah … saya  tiba-tiba teringat puisi satire Taufiq Ismail berjudul Aritmatika Sederhana.  Berikut isinya:

 

selama ini kita masih ragu

semoga:

2x2 = 4

 

 

 

(Habis)

Ikuti tulisan menarik Slamet Samsoerizal lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler