x

Ilustrasi Keong. Foto: azeret33 dari Pixabay.com

Iklan

Slamet Samsoerizal

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 Maret 2022

Rabu, 20 Juli 2022 07:30 WIB

Fabelria: Kamulah Pemenangnya! (2)

Kisah binatang atau fabel, sering menarik didongengkan. Apalagi jika dikemas secara jenaka. Buat dongeng sebelum tidur pun, layak.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

(Bagian 2)

Seperginya Keong, terdengar pohon kelapa berterima kasih kepada Musang.  Dengan gaya simpatik, Musang mengangguk. Kemudian ia pamit. Musang kembali memasuki belukar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Lima tahun kemudian pohon kelapa tumbuh dengan gagah menantang langit. Batangnya menjulang tinggi ke langit.  Jika ada topan meliuk daun-daun yang tumbuh seindah rambut gadis ayu.

 

Buahnya yang lebat tampak tersusun rapi. Setiap orang yang melihatnya pasti akan tergiur untuk memetiknya.

 

Sementara itu,  Musang yang setelah melakukan perjalanan panjang dan akan kembali ke sarangnya tiba-tiba dihadang oleh seekor macan. Musang kaget.

 

Macan yang penuh siaga, mengamati gerak-gerik Musang. Ia terus mendesak. Musang mundur teratur.  Merasa terdesak oleh keadaan,  ia ambil langkah l-a-r-i,  maka larilah Musang.

 

Kejar mengejar pun tak dapat dihindari. Musang lari cepat. Si Macan pun megimbanginya. Musang lari gawang beranting. Macan pun tak kalah. Ambil gaya yang sama. Macan zigzag. Musang meniru gaya celeng, ambil langkah seribu dengan posisi lurus.

Merasa gaya penampilannya ditiru, akhirnya Musang lari maraton. Eh, Macan pun menjiplaknya. Jadilah kejar betulan itu tak dapat ditunda.

 

Namun, seperti kata Tupai: ‘Sepandai-pandai tupai melompat,  akhirnya jatuh juga.’  Inilah yang dialami Musang. Karena kepayahan ia terpojok juga.

 

“Mau kabur kemana, Mus? Sudahlah ... menyerah sajalah!”

 

“Oke ... oke. Damai saja, Can!” pasrah Musang sambil ngos-ngosan.

 

“Tak ada kata damai. Genderang perang telah ditabuh!”

 

“Kalau kau mau mendengarku ....”

 

“Tidak! Sekali perang tetapperang! Titik!”

 

Musang yang berada di pohon kelapa,  tidak dapat berkata apa-apa lagi. Nafasnya laiknya memburu ayam kampung. Sekonyong-konyong ada yang membisiki sesuatu ke telinganya.

 

“Naiklah ke batangku. Ayo cepat!” seru batang pohon kelapa.

 

Musang pun menurut. Dengan sisa tenaganya, ia merangkak ke puncak pohon kelapa. Macan yang sempat bengong beberapa saat,  tersentak. Ia pun tak kalah.  Ia merangkak menyusul Musang. Terus dan teruuuuuus hingga keduanya saling berdekatan.

Musang gemetar.

 

“Ayo,naik ... naiklah terus dan bertenggerlah pada buah kelapaku. Ayo,  Mus jangan ragu!”  bisik pohon kelapa berulang-ulang.  

 

Akhirnya sampai juga ke tujuan yang dimaksud. Tanpa pikir panjang Musang menggigit tangkai buah kelapa.  Blek! Ia jatuhkan buah kelapa itu.

 

Macan yang  tak mengira akan datang serangan mendadak, itu tersentak. Kelapa yang dijatuhkan Musang tidak dapat dihindari lagi.  Blek! Hidung macan kali ini yang jadi sasaran empuk. Crat! Maka muncratlah darah segar  dari moncongnya.

 

Macan gelagapan. Hampirsaja ia terjerembab. Untung kuku-kukunya yang masih tajam, masih mampu mencengkeram batang kelapa.  

 

Musang yang melihat musuhnya masih bertahan di situ segera membangun serangan berikutnya.  Dijatuhkannya lagi buah kelapa yang agak besar. Jrot! Buah kelapa yang kedua ini jatuh tepat di mata kiri macan.

 

Ia meronta kesakitan. Aumannya yang keras membuktikan kesakitan dan kemarahannya yang sudah memuncak.  Ia hampir terhempas. Belum lagi ia ancang-ancang bertindak, serangan ketiga datang.

 

Kali ini kelapa besar yang ditimpakan ke kepalanya. Tak ayal lagi tubuh Macan oleng.  Blegh! Tak kuasa lagi mempertahankan diri dan jatuhlah dia ke bumi.  

 

Musang dengan mencibir. Ia mendekati Macan.

“Makanya jadi binatang jangan sok. Baru jadi macan aja udah bertingkah. Apalagi jadi manusia” cibir Musang sambil memungut tiga buah kelapa yang tadi dijadikan senjata.  “Nih, makan kelapa muda sumbangan sahabatku!”

 

Macan hanya berkedip-kedip. Melongo. Rasa lukanya tak tertahankan. Ia mengaum. Pelan. Pelaaaaan sekali. ***

 

(Habis)

 

 

Ikuti tulisan menarik Slamet Samsoerizal lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB