x

Pesepak bola Timnas Indonesia Egy Maulana Vikri (kedua kiri) bersama rekan-rekannya berselebrasi usai mencetak gol ke gawang Timnas Timor Leste dalam laga lanjutan Grup A Sepak Bola SEA Games 2021 Vietnam di Stadion Viet Tri, Phu Tho, Vietnam, Selasa, 10 Mei 2022. Laga Timnas U-23 Indonesia vs Timor Leste berakhir dengan skor 4-1. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 20 Juli 2022 17:40 WIB

Catatan Kelemahan Timnas Versi Nova Arianto

PSSI tidak bisa berjalan sendiri. Ada stakeholder terkait yang sangat vital wajib digandeng oleh PSSI untuk mencegah kesalahan transfer ilmu dan praktik TIPS sepak bola terus terjadi. Sepak bola akar rumput harus ditangani dengan benar dari berbagai segi. Terutama, keberadaan pelatih sepak bola akar rumput wajib diampu oleh orang yang kompeten dan profesional di bidang PAUD. Sebab, pelatih=guru=pendidik. Memiliki lisensi pelatih sepak bola yang sesuai standar untuk menggaransi pemain mampu menyerap ilmu dan mampu praktikkan teknik dan speed dengan benar dan kualitas.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Menarik. Ini baru asisten pelatih namanya. Punya catatan dari hasil mendampingi pelatih asal Korea Selatan, Shin Tae-yong (STy). Catatannya tentang Timnas Sepak Bola Indonesia di semua kelompok usia yang dibantunya diungkapkan ke publik melalui media sosial (Instagram) dan di arahkan ke pembinaan sepak bola usia dini.

7 poin menurut Nova Arianto

Dia adalah asisten pelatih Timnas Indonesia, Nova Arianto (NA). Berkaca dari sepak terjang Timnas yang diasuh STy, dan selama ini NA menjadi bagian di dalamnya sebagai asisten pelatih, NA menyimpulkan ada 7 poin untuk dilakukan dalam pembinaan usia dini agar apa yang kini menimpa pemain Timnas Indonesia tidak mengulang kesalahan dan kelemahan yang sama.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam catatan di Instagramnya, yang ditayangkan pada Selasa (19/7/2022), NA membeberkan kelemahan atau kekurangan Timnas U19 sampai Timnas Senior, yang ternyata akar masalahnya sama. Meski, apa yang dibeberkan oleh NA hanya sekadar mengulang pernyataan STy tentang rapor TIPS pemain Timnas yang belum lulus standar, semakin menjadi pembenaran atas pernyataan dan penilaian STy selama ini.

Berdasarkan versinya, NA menyebut 7 poin yang jadi catatan dan wajib dievaluasi adalah tentang komunikasi, movement, scanning, kualitas passing, kualitas kontrol, pass move dan mental. 7 poin tersebut menjadi kelemahan Timnas karena selama ini tidak tergarap dengan benar di sepak bola akar rumput.

Versi NA, kelemahan 7 poin bila diurai adalah: 1) Komunikasi. Penting bagi pemain melakukan komunikasi di lapangan untuk distribusi bola. Pemain yang melakukan passing ke pemain lain, harus melakukan komunikasi agar disaat free, pemain dapat balik badan dan melakukan distribusi bola ke depan.

2) Movement. Pemain harus selalu bergerak di lapangan untuk mencari ruang. Pemain tanpa bola harus dibiasakan untuk selalu bergerak mencari ruang agar menjadi opsi passing pemain yang pegang bola.

3) Scanning (melihat situasi). Pemain selalu melihat situasi ketika di lapangan agar senantiasa menjaga bola. Biasakan sebelum terima bola, cek posisi lawan berada di mana, sehingga pemain bisa cepat mengambil keputusan yang tepat.

4) Passing. Karena lemah, berkali-kali STy selalu memasukkan latihan passing di setiap pemusatan latihan (TC). Selain kualitas passing harus jempolan, pemain juga wajib terus bergerak dalam proses serangan ke lawan.

5) Control. Kualitas kontrol bola juga diperlukan untuk melengkapi kualitas passing.Kualitas passing harus diperhatikan, impact bola dan timming kapan untuk melakukan passing. Setelah melihat situasi di saat kontrol bola, pemain harus bisa menguasai bola untuk cepat melakukan passing selanjutnya.@ 6) Pass Move. Setelah passing, pemain harus dibiasakan bergerak kembali untuk membantu dan meminta bola kembali, karena kebiasaan pemain kita, setelah passing menganggap tugasnya sudah selesai.

7) Mental. Seperti diketahui, STy sudah pernah menyinggung mental para pemain timnas Indonesia yang terkadang takut duluan sebelum bertanding. Hal ini perlu diperbaiki agar pemain Timnas Indonesia selalu percaya diri di lapangan. Membiasakan pemain untk percaya diri dengan kemampuannya sendiri dan mau kerja keras di latihan dan pertandingan.

Sumber kelemahan tidak disebut NA

Dari 7 poin kelemahan semua Timnas, berdasarkan versi NA, kira-kira apakah ada yang tidak dicatat atau terlupa oleh NA? Sebab, ada hal mendasar terkait kelemahan pemain Timnas yang juga sudah diulas rapornya oleh STy.

Hal mendasar tersebut justru menjadi IBU dari 7 poin kelemahan yang dicatat oleh NA. Bila hal mendasar diulas oleh NA, maka catatan NA sebagai asisten pelatih menjadi lengkap. Apa NA lupa tentang kelemahan 7 poin dasarnya karena kelemahan intelegensi (otak)? Dan, NA juga lupa mencatat tentang kelemahan fisik (speed).

Sejak STy mengampu Timnas semua kelompok, saya sudah mencatat dan menulis bahwa STy sudah membuat kesimpulan bahwa TIPS pemain Timnas belum sesuai standar rapor pemain Timnas, alias belum lulus.

TIPS adalah teknik, intelegensi, personaliti, speed. Seharusnya, berdasarkan urutan ilmiahnya, intelegensi, personaliti, teknik, speed. Tetapi bila dijadikan akronim tidak bisa, karena menjadi singkatan IPTS. Maka, saya sebut TIPS.

Dari TIPS ini, ternyata NA tidak menyebut intelegensi (otak) sebagai kelemahan. Padahal bila diklasifikasi sesuai TIPS, 7 poin itu akan mengisi ruang TIPS sebagai berikut:

PERTAMA, Intelegensi (otak/kecerdasan) Bila dikaitkan dengan otak/kecerdasan, maka komunikasi, movement, scanning, kualitas passing, kualitas kontrol, pass move dan mental, semua dikendalikan oleh otak dan kecerdasan. Siapa yang otaknya berkembang dan cerdas, tentu akan mampu memiliki komunikasi yang benar dan baik, mampu movement dengan cerdas, mampu scanning dengan cerdas, mampu mempraktikan kualitas passing, mampu menunjukkan kualitas kontrol, cerdas dalam pass move, dan cerdas mental, cerdas kepribadian, memiliki kepercayaan diri tinggi, hingga mampu mengontrol dan mengendalikan emosi, karena otaknya cerdas.

Otak yang diasah, diberikan ilmu, pengetahuan, dan pendidikan tentang sepak bola dan hal lain yang melengkapinya oleh pihak yang kompeten dan profesional serta menguasai pedagogi, memiliki ilmu mendidik (melatih) yang bukan sekadar lisensi pelatih sepak bola, akan menggaransi para pesepak bola akar rumput sebagai pondasi Timnas, otak dan kecerdasannya berkembang.

Selama ini, sudah bukan rahasia lagi, para pesepak bola kita, meski memiliki rapor pendidikan formal, namun nilai-nilai angka yang tertulis dalam rapor adalah nilai formalitas. Siswa/anak tidak mendapat asupan pendidikan yang benar karena waktu belajarnya diganti dengan berlatih dan bermain bola. Bagaimana otak mau terasah dan berkembang?

Dalam berlatih sepak bola pun hanya dicekoki teknik dan fisik bermain bola. Yang ternyata, hasilnya di Timnas pemain belum lulus TIPS. Artinya, sudah pelatihan teknik dan fisik selama ini tidak benar, otak sebagai pondasi kecerdasan untuk mengatasi persoalan teknik, fisik, dan mental, tidak tergarap. Di mana akar masalahnya?@ Jawabnya, sebab seharusnya pelatih sepak bola akar rumput=guru sekolah formal PAUD. Tetapi, faktanya diampu oleh kebanyakan pelatih yang tak menguasai ilmu mendidik, pedagogik, maka hasilnya, sepak bola nasional dan tolok ukurnya di pemain Timnas akan terus bermasalah dalam lemahnya intelegensi para pemain yang sudah terabaikan sejak pondasi di akar rumput.

Bagaimana mungkin, anak usia dini akan berkembang otaknya bila yang membina, melatih, dan mendidik, tak cukup kompetensi dan profesionalismenya.

KEDUA. Personality (kepribadian/mental). Seiring belum tergarapnya sektor pengembangan intelegensi, asah otak yang benar, maka akan berdampak pada lemahnya personality. Banyak orang yang cerdas otak, namun tetap gagal dan susah mengendalikan mental dan emosi. Bagaimana dengan yang otaknya tidak terasah dengan baik, tentu akan signifikan dalam ketidakcerdasan personslity.

KETIGA. Teknik. Bila pesepak bola akar rumput tak diasah otaknya dengan benar, lalu para pelatih pun tidak menguasai ilmu dan praktik melatih serta berkomunikasi dan mengkomunikasikan alias teknik transfer ilmu tentang teknik sepak bola dengan benar, maka passing dan control lemah para pemain Timnas adalah fakta dan bukti nyata kegagalan para pelatih di ranah pondasi.

Dalam 7 poin yang dibahas NA, ternyata kelemahan komunikasi, movement, scanning, kualitas passing, kualitas kontrol, pass move dan mental, sumbernya karena lemah intelegensi, berakibat lemah personality, dan teknik.

KEEMPAT. Speed.Ternyata, selain tidak mencatat intelegensi sebagai sumber atau dasar masalah mengapa 7 poin yang disebut NA lemah, NA juga tidak memasukkan speed atau fisik sebagai poin kelemahan Timnas. Padahal, sejak awal STy datang, STy langsung menyimpulkan speed pemain Timnas lemah. Berikutnya passing-control (bagian dari teknik) juga lemah. Selanjutnya STy menyebut mental, emosional, kepercayaan diri juga lemah (bagian dari personality).

Jadi, melalui artikel ini, saya mendukung NA yang berani dan percaya diri memberikan 7 poin catatan kelemahan Timnas untuk sepak bola akar rumput khususnya, dan umumnya persepak bolaan nasional. Saya pun menambahkan catatan yang mungkin lupa atau tidak terpikir oleh NA. Yaitu kelemahan intelegensi (otak) dan speed (fisik).

Kesimpulannya, kelemahan para pemain Timnas tetap sama seperti yang sudah diungkap secara bertahap oleh STy, yaitu terakumulasi dalam satu akronim TIPS.

9 poin kelemahan

Bila saya jadi NA, maka sekurangnya, saya akan menulis 9 poin kelemahan pemain Timnas secara berurutan sesuai ranahnya, yaitu 1) Intelegensi (otak), 2) Komunikasi, 3) Movement, 4) Scanning, 5) Kualitas passing, 6) Kualitas kontrol, 7) Pass move, 8) Personality (mental, kepercayaan diri, emosional, dan 9) Fisik (speed).

Dengan pondasi otak yang terasah, terdidik dengan benar, berkembang mengikuti berbagai lini kemajuan zaman dan perkembangan sepak bola moderen, maka seorang pemain sepak bola akan mampu menguasai dan mempraktikkan poin-poin kelemahan pemain Timnas yang diidentifikasi oleh STy atau NA, dan semua terangkum dalam TIPS.

Sampai di sini, semoga analisis saya dapat membuka mata hati kita semua, atas kesalahkaprahan dalam pembinaan, pelatihan, dan pendidikan sepak bola akar rumput hingga Klub Liga 1 di Indonesia yang wujudnya tercermin dalam Timnas U19, U23, dan Timnas Senior. Siapa yang wajib membenahi?

Sepak bola akar rumput dibiarkan salah

PSSI tidak bisa berjalan sendiri. Ada stakeholder terkait yang sangat vital wajib digandeng oleh PSSI untuk mencegah kesalahan transfer ilmu dan praktik TIPS sepak bola terus terjadi. Sepak bola akar rumput harus ditangani dengan benar dari berbagai segi. Terutama, keberadaan pelatih sepak bola akar rumput wajib diampu oleh orang yang kompeten dan profesional di bidang PAUD. Sebab, pelatih=guru=pendidik. Memiliki lisensi pelatih sepak bola yang sesuai standar untuk menggaransi pemain mampu menyerap ilmu dan mampu praktikkan teknik dan speed dengan benar dan kualitas.

Selain lisensi pelatih sepak bola, karena sepak bola akar rumput=PAUD/SD/SMP/SMA/SMK, maka pelatih=guru=pendidik, minimal harus berpendidikan Sarjana, sehingga memiliki ilmu pedagogi dan menggaransi intelegensi dan personality pemain dapat diasah dan dikembangkan dengan cara yang benar.

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler