x

Pahlawan

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Jumat, 22 Juli 2022 10:16 WIB

Guru Terbaik dalam Kisah Kaulah Segalanya

Sepandai-pandainya seseorang, setinggi-tingginya pendidikan seseorang, untuk mencapai keberhasilan hidupnya (karier, dsb), tentu akan melalui proses. Di dalam proses itu, akan ada tantangan, rintangan, cobaan, halangan, ujian, sampai kegagalan dll.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Menegur dan mengingatkan orang cerdas yang sengaja atau tak sengaja berbuat salah, cukup dengan diam atau kasih tanda bahasa tubuh atau bicara dengan volume 0. (Supartono JW.22072022)

Artikel dengan judul Takut Kehilangan yang Bukan Milik, sudah saya tulis. Artikel dengan judul Mencintai yang Bukan Milik juga sudah saya tulis. Malah, bila dibaca lagi, semua isinya masuh aktual dan masih terus berlaku di negeri +62.

Takut kehilangan yang bukan milik atau mencintai yang bukan milik, identifikasinya masih sama, serakah dan tetap mau menguasai tahta, harta, dan negeri ini dengan berbagai cara. Ada oligarki dan politik dinasti, pendukungnya adalah jerih korupsi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Malah, kini sedang berlangsung, elite partai politik menggelar event olahraga yang kesannya memang hanya sekadar alat untuk kepentingan. Di tengah rakyat kesusahan. Di tengah olahraga sepi dukungan anggaran, tetapi malah ada yang bikin event olahraga yang hanya untuk menghamburkan uang. Memprihatinkan.

Atas situasi dan kondisi Indonesia yang terus hangat oleh kisah yang terus mengalir dibuat oleh para pemimpin yang seharusnya menjadi teladan. Namun, mereka malah justru terus asyik masyuk dengan tradisi dan budaya agar di 2024, Indonesia dan segala isinya, tetap mereka kuasai dan tetap mereka yang mengatur (baca: menjajah), karena Kaulah Segalanya.

Kau di sini artinya harta, tahta/kekuasaan. Tapi, mari lupakan sejenak, tentang Kaulah Segalanya versi mereka. Saya juga punya kisah tentang Kaulah Segalanya, lho. Seperti apa kisah Kaulah Segalanya versi saya.yang menjadi salah satu catatan pengalaman terbaik dalam hidup saya. Inilah kisahnya.

Sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengalaman adalah yang pernah dialami (dirasai, dijalani, ditanggung, dan sebagainya). Oleh karena itu, dalam setiap manusia menjalani kehidupan di dunia ini, mustahil akan berhasil bila tidak ada bekal pengalaman sesuai bidang yang ditekuni dan digeluti.

Sepandai-pandainya seseorang, setinggi-tingginya pendidikan seseorang, untuk mencapai keberhasilan hidupnya (karier, dsb), tentu akan melalui proses. Di dalam proses itu, akan ada tantangan, rintangan, cobaan, halangan, ujian, sampai kegagalan dll.

Karenanya ada ungkapan yang tidak lekang oleh waktu, yaitu “Pengalaman adalah guru terbaik.” 

Pengalaman terbaik

Terkait pengalaman adalah guru terbaik, saat saya masih aktif sebagai pendidik, banyak pengalaman terkait pendidikan dan dunianya yang saya abadikan dalam bentuk karya ilmiah yang disertakan dalam lomba inovasi pembelajaran hingga tingkat nasional. Ada yang saya abadikan dalam bentuk artikel dan  ditayangkan di berbagai majalah dan media massa nasional. Ada juga yang saya tulis dalam bentuk naskah drama dan diproduksi pementasannya oleh suatu instansi, oleh kelompok teater saya sendiri, serta berbagai kelompok teater. Ada yang saya tulis menjadi skenario film dan diproduksi filmnya oleh suatu instansi. Banyak pula yang saya tulis dalam bentuk puisi dan lagu.

Sebab pengalaman adalah guru terbaik, ada salah satu pengalaman terbaik yang akhirnya saya tulis menjadi lirik lagu. Lirik lagu tersebut, saya beri judul “Kaulah Segalanya”. Lagu Kaulah Segalanya, saya rekam sederhana, dan saya tanyangkan dalam chanel You tube saya, supartonojw, sekadar untuk disimpan dan diabadikan, sebagai monumen bahwa saya pernah memiliki pengalaman tersebut. Dan, benar-benar menjadi guru untuk setiap langkah saya berikutnya.

Sepintas, dengan judul lagu Kaulah Segalanya, maka dapat langsung ditafsir bahwa lagu tersebut adalah pengalaman tentang kisah cinta antara pria dan wanita. Begitu masuk ke dalam lirik-liriknya, tentu juga akan semakin disangka bahwa lagu tersebut memang kisah cinta. Oleh karena itu, melalui artikel ini, saya coba berbagi pengalaman tentang lagu tersebut, sesuai kisah yang sebenarnya.

Memang, lagu tersebut benang merahnya adalah tentang rasa cinta. Tetapi sejatinya, tentang rasa cinta dari seorang guru kepada murid-muridnya, bahkan murid-murid satu angkatan atau satu level di suatu sekolah yang pernah saya menjadi bagian di dalamnya.

Jadi, bukan rasa cinta antar perorangan. Kaulah Segalanya adalah sebuah kesimpulan dan cermin dari proses pendidikan dan pembelajaran selama satu tahun pelajaran antara saya dengan angkatan siswa tersebut. Yang pada ujungnya, saya sampai menitikkan air mata, dan mengatakan kepada siswa-siswa tersebut, bahwa mereka semua adalah segalanya bagi saya.

Siswa-siswaku, guruku

Kaulah Segalanya adalah pengalaman yang lengkap. Menjadi fakta bahwa untuk menjadi benar dan baik, tidak semudah membalik telapak tangan. Membutuhkan waktu dan proses. Butuh kesabaran, butuh keterampilan, kompetensi, dan profesionalisme dalam mengelolanya.

Sehingga, seluruh waktu yang dilalui dalam proses, ada yang menyedihkan, mengecewakan, menjengkelkan, menyakitkan, pada akhirnya menjadi sebentuk pengalaman yang membahagiakan. Semuanya menjadi bermakna dan bernilai. Ada karakter berbudi dan tahu diri.

Inilah, lirik Kaulah Segalanya, itu. Lagunya dapat didengarkan dalam You Tube saya.

Kau segalanya By Supartono JW

Begitu banyak kata Yang telah terucap Begitu banyak kata Yang telah ku gores Semua itu karna dirimu

Tak pernah habis cara Yang telah ku tempuh Tak pernah habis akal Luluhkan hatimu Dan akhirnya ini terjadi@   Reff.   Kaulah segalanya bagiku Karna hadirmu aku bangkit Kaulah segalanya untukku Karna adamu aku bisa

Semakin mengerti diriku Semakin pahami dirimu Kaulah segalanya untuk hidupku

Sebab, Kaulah Segalanya adalah kisah yang berproses, maka dapat sedikit saya parafrasekan sebagai berikut:

Dalam bait pertama, Begitu banyak kata Yang telah terucap Begitu banyak kata Yang telah ku gores Semua itu karna dirimu

Di awal hingga pertengahan proses kegiatan pendidikan, banyak hal yang membuat saya kecewa, marah, dan sejenisnya kepada siswa, hingga tak terhitung kata-kata yang telah terucap (marah) demi menyadarkan siswa yang tidak tertib, tidak disiplin dll. Bahkan, sampai kata-kata dalam bentuk surat peringatan atau surat panggilan orangtua pun tertulis.

Sebab, saya ingin semua siswa tertib disiplin sesuai aturan dan menjalani proses pendidikan dengan benar dan nyaman. Semua saya lakukan untuk siswa.

Bait kedua, Tak pernah habis cara Yang telah ku tempuh Tak pernah habis akal Luluhkan hatimu Dan akhirnya ini terjadi

Perjuangan dalam menuntun siswa agar terus menjalani proses pendidikan dengan nyaman tanpa membuat pelanggaran tata tertib sekolah dan pelajaran, akhirnya terus dilakukan dengan berbagai upaya. Di antaranya adalah dengan membuat berbagai inovasi pembelajaran yang menarik minat dan tantangan siswa.

Memberikan contoh-contoh nyata dari berbagai kasus yang up to date setiap kali masuk kegaitan belajar sesuai materi dan aktualisasi zaman.

Di sisi lain, sikap sportif menjadi taruhan. Pasalnya, saat saya menginginkan siswa sesuai aturan, maka saya juga sudah memberi contoh menjalankan dan tertib dalam aturan yang digariskan, baik aturan sekolah, pelajaran, dll. Sportif mengakui kesalahan, tidak mengulang, memperbaiki. Sehingga, pada akhirnya proses pendidikan dan kegiatan belajar menjadi nyaman dan harmonis. Para siswa pun memahami, tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Hatinya luluh. Pada akhirnya saling memahami.

Bila siswa ada yang  berbuat salah atau melanggar aturan, tidak ada lagi menegur atau sampai marah dengan kata-kata, hanya menatap ke arah siswa yang berbuat salah saja, siswa langsung memahami maksudnya.

Ada pemahaman aturan, ilmu/pengalaman yang saat itu saya bagikan dan diterapkan dalam kegiatan belajar di dalam kelas mau pun di luar kelas, dipahami oleh siswa. “Kepada orang bodoh, agar dia paham, maka perlu marah dengan volume sampai 100 (teriak/membentak). Kepada orang cerdas/pintar, bila dia berbuat salah, cukup ditatap dengan diam, volume 0, tanpa kata-kata, maka pasti paham.”

Dari bait kedua tersebut, saya tulis ... dan akhirnya ini terjadi ... karena antara saya dan siswa saling memahami, tidak ada lagi marah. Setiap ada siswa yang sengaja atau tak sengaja membuat kesalahan atau melanggar aturan, cukup diselesaikan dengan tatapan diam atau teguran ringan. Kegiatan belajar pun nyaman tentram.

Dalam bait ketiga,

Reff.

Kaulah segalanya bagiku Karna hadirmu aku bangkit Kaulah segalanya untukku Karna adamu aku bisa@   Semakin mengerti diriku Semakin pahami dirimu Kaulah segalanya untuk hidupku

Dari awal proses kegiatan belajar hingga pada ujungnya, sebab saya dan siswa saling memahami, saling mengerti, ada kesepakatan untuk belajar sesuai aturan. Maka, saya pun merasakan siswa sebagai teman, sebagai sahabat, sebagai guru, dan sebagai pengingat saat saya melakukan kesalahan, meski posisi saya sebagai guru. Mengajar dan mendidik bukan lagi menjadi beban, tetapi bangkit menjadi tantangan dan tantangan untuk membuat pembaruan. Kami akhirnya saling melengkapi. Saya mendidik siswa. Saya pun belajar dari siswa. Saya pun sangat mudah membuat kreativitas dan inovasi-inovasi pembelajaran.

Yah, siswa angkatan itu, adalah segalanya bagiku, segalanya dalam hidupku. Dan, saya abadikan dalam lagu Kaulah Segalanya. Terima kasih siswa-siswaku. Kalian adalah guruku.  

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler