x

Tata Krama

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Kamis, 28 Juli 2022 10:48 WIB

Citayam Fashion Week, Kreativitas dan Inovasi yang Salah Jalan?

Citayam Fashion Week adalah buah kreativitas dan inovasi positif, memanfaatkan kendaraan media sosial untuk mencari keuntungan instan, namun menabrak rambu-rambu dan liar. (Supartono JW.27072022)

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Citayam Fashion Week adalah buah kreativitas dan inovasi positif, memanfaatkan kendaraan media sosial untuk mencari keuntungan instan, namun menabrak rambu-rambu dan liar. (Supartono JW.27072022)

Fenomena Citayam Fashion Week (CFW), untuk sementara memang boleh dikatakan berhasil menggeser opini atau pemikiran publik dari isu-isu panas di negeri ini. Persoalan politik jelang 2024, hukum, pendidikan, olahraga, sampai kerusuhan suporter di Liga 1 dan lain sebagainya, kalah riuhnya oleh pemberitaan CFW, sebab media mainstream saja ikut tercebur menyorot CFW yang masih viral ini, meski CFW kegiatan ilegal.

Bangga, sedih, menabrak

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dari pengamatan saya, membaca dan menyimak perkembangan CFW, ada rasa bangga atas munculnya CFW. Di tengah pendidikan Indonesia yang terus terpuruk yang akhirnya signifikan dengan miskinnya daya imanjinasi, kreativitas, dan inovasi di negeri ini. Sehingga bangsa ini identik dengan bangsa pemakai produk asing. Bangsa copy paste segala macam budaya dan gaya hidup asing, ternyata lahir CFW yang boleh disebut sebagai produk kreatif dan inovatif, tetapi instan.

Di tengah pendidikan yang terus terpuruk, hadirnya media sosial (medsos), yang menawarkan gaya hidup baru kepada manusia untuk menghasilkan rupiah dari keberadaannya, tanpa syarat pendidikan khusus, siapa pun boleh menjadi konten kreator, asal memenuhi persyaratan yang ditentukan, maka si kreator dengan.mudah akan meraih pundi-pundi rupiah.

Tanpa syarat pendidikan, siapa pun dapat menjadi konten kreator baik sebagai youtuber, tiktoker, dan er-er lainnya. CFW adalah salah satu contoh fenomena instan yang juga menjadi viral, sebab CFW menjadi produk kreativitas dan inovasi dalam dunia mode, dunia gaya hidup, tetapi menabrak rambu-rambu.

Kira-kira apa saja yang ditabrak oleh produk kreativitas dan inovasi dari CFW? Lalu, mengapa para pelakunya sampai menabrak rambu-rambu? Berikutnya, secara isi, kira-kira mode atau.gaya hidup ke arah mana yang diusung dalam CFW? Apakah CFW, identik dengan Indonesia, menampilkan mode, yaitu ragam (cara, bentuk) yang terbaru pada suatu waktu tertentu (tentang pakaian, potongan, dll) dan gaya hidup (Bahasa Inggris: lifestyle) adalah bagian dari kebutuhan sekunder manusia yang bisa berubah bergantung zaman atau keinginan seseorang untuk mengubah gaya hidupnya di Indonesia? Atau hanya sekadar menjiplak dan sekadar untuk gaya-gaya-an, untuk konten?

Bukti kesenjangan

Fenomena CFW adalah salah satu bukti tentang adanya senjang dan kesenjangan di Indonesia. Senjang artinya tidak simetris atau tidak sama bagian yang di kiri dan yang di kanan (tentang ukiran dan sebagainya), genjang, berlainan sekali, berbeda, ada (terdapat) jurang pemisah. Sementara kesenjangan adalah perihal (yang bersifat, berciri) senjang, ketidakseimbangan, ketidaksimetrisan, jurang pemisah (misalnya, antara si kaya dan si miskin semakin lebar).

Akibat adanya senjang dan kesenjangan inilah, fenomena CFW muncul, sebab ada sponsor medsos. Medsos menjadi sponsor yang multi. Menjadi media publikasi sekaligus media pemberi rupiah bagi para pelaku er-er-nya.

Setelah mendalami asal muasal CFW dan membaca literari dari berbagai sumber dan media massa, CFW muncul dan viral, tidak perlu syarat. Para pelakunya dari kalangan tidak mampu (ekonomi), tak berpendidikan tinggi, tak memiliki pendidikan/kursus sebagai modal atau belum pernah menjadi model. Menggunakan fasilitas umum dan tidak berizin. Menyalahi aturan protokol Covid-19. Membawa misi apa dalam fashion yang ditampilkan? Modenya asli karya anak bangsa? Menjiplak? Pakai tema dan tujuan? Berikutnya, siapa yang ada dalam CFW? Mengapa disebutnya harus CFW?

Apakah benar mewakili Kampung Citayam? Apakah yang berlenggak-lenggok di Duku Atas, mencerminkan Citayam? Budaya dan tradisi Citayam? Wajah Citayam? Apakah warga Citayam terima dan setuju dengan hadirnya CFW?

Ada gula ada semut, tak malu

Mirisnya lagi, keberadaan kreativitas dan inovasi CFW yang instan dan viral, ibarat peribahasa ada gula ada semut. Para artis, model, hingga para pemimpin daerah, pun ikut turun bercatwalk. Maaf, tidak malu. Apakah mereka menyadari bila keberadaan CFW sejatinya melanggar peraturan dan tidak berizin. Mereka pun mempertaruhkan harga dirinya, pendidikannya, jabatannya, dll.

Jujur, munculnya fenomena CFW membanggakan karena ada kreativitas dan inovasi yang selama ini identik miskin di Indonesia. Tetapi sedih, sebab CFW yang melanggar peraturan dan tidak berizin, tidak pula diketahui pasti siapa penanggungjawab acaranya atau pemilik acaranya, ternyata diserbu tokoh-tokoh publik, baik dari dunia hiburan maupun dari dunia politik untuk datang ke sana dan menjajal berjalan di catwalk jalanan mereka. Sebut saja Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, YouTuber Ria Ricis, model profesional seperti si kembar jebolan Asia's Next Top Model Valerie dan Veronika, istri Baim Wong Paula Verhoeven, Mayang Sari, dan masih banyak yang lainnya.

Tak hanya datang dan menjajal catwalk jalanan, para tokoh ini juga tak lupa membuat konten untuk dinaikkan di akun media sosial atau YouTube miliknya. Luar biasa, ujungnya untuk numpang bikin konten.

CWF yang fenomenal, meski keberadaannya bisa disebut ilegal di kawasan Dukuh Atas Jakarta, CFW kini bahkan sudah meluas diikuti oleh remaja-remaja daerah yang lain. Misalnya, di Jalan Raya Sukabumi-Bogor, tepatnya di depan mal yang berada di kawasan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Namun, mereka yang melakukan aksi fashion show di sana justru mendapat banyak hujatan dari netizen. Bahkan, dari Bandung berencana mengadakan Braga Fashion Week.

Dukung, arahkan, benarkan!

CFW yang fenomenal adalah kegiatan kreativitas dan inovasi anak-anak muda yang wajib didukung, di arahkan dengan benar. Menyelenggrakan acara semodel CFW apalagi di tempat umum, jalan raya, tanpa jelas siapa penanggungjawabnya, tanpa perizinan, dan terus dibiarkan berlangsung adalah salah.

Seharusnya, CFW didukung sekaligus di arahkan, didik agar tidak menjadi contoh ajang kegiatan liar. Harus ada edukasi, pendidikan, pemahaman hukum, pemahaman menjadi penyelenggara acara, pemahaman menjadi artis, model catwalk yang benar. Harus jelas visi-misi-tujuan-sasaran tampilan mode atau gaya hidup yang diusung. Ada temanya, misal nasional, daerah ini, ala negara lain, ala Eropa, ala America, ala Asia, dll.

Jangan karena dampak yang ditimbulkan dari perkumpulan remaja ini meningkatkan omset UMKM para pelaku usaha di sekitar lokasi. Lalu, kabarnya dapat dukungan dari pelaku UMKM yang kabarnya sampai kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno yang kepada awak media mengungkapkan bahwa dia mendapat laporan, (pendapatan) para UMKM yang ada di sekitar daerah Citayam Fashion Week itu meningkat sampai dua kali lipat, (mulai) penjual kopi keliling sampai penjual makanan kering.

Jadi, Pak Sandi, Pak Anies, Pak Ridwan, harus bagaimana CFW yang benar? CWF bikin bangga, lho? CFW bak gula, kan? Jadi, dikerubuti siapa saja yang ingin ikutan numpang bikin konten? Terakhir, apakah CFW legal? Atau melanggar aturan? Ayo, dukung dan dibuat menjadi benar, tidak ilegal. Jangan dibiarkan liar!

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB