x

Gambar oleh stokpic dari Pixabay

Iklan

Taufan S. Chandranegara

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 Juni 2022

Kamis, 28 Juli 2022 10:50 WIB

Gigi Susu Sun

Pendidikan. Kasih sayang dasar edukatif. Salah satu cara untuk saling belajar, menghargai sesama sejak dini waktu. Pengabdian pendidikan, cinta, kasih sayang guru. Cerita sederhana, Gigi Susu Sun.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sun tak banyak gembira seperti biasanya. Pada ini waktu, biasanya Sun berlari kiankemari di kelas, menjadi riuh semarak suarasuara gembira bersama temantemannya. 

Ini waktunya Sun, banyak bertanya sambil ia berpindah dari meja ke meja sanasini bersama teman lainnya bertukar tempat duduk. Keriangan di kelas pertanda semangat kreativitas pada aktivitas seusia Sun, bersama teman-teman sekelas. 

Seperti kelas seusia Sun, cerah gembira, ramai oleh kertas warnawarni beterbangan di ruang kelas, menjadi burungburung kertas terbang bersukaria seperti hati mereka, lepas, polos, jujur. Ibu guru Rin, sibuk mondarmandir berbagi pelajaran sambil bermain bersama para ananda didiknya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada waktu ini pula biasanya, waktu Sun, naik kursi di belakang mejanya, bernyanyi sambil bergaya menarinari. Kali ini Sun, tampak baik-baik saja tapi tak juga bersuara. 

Temantemannya bermain keluar kelas, Sun tetap di kelasnya, duduk manis, tanpa suara. Masker menutup mulut dikenakannya sejak ia masuk ruang kelas tadi pagi.

Ibu guru Rin, melihat Sun, tetap di tempatnya, meski dari bola mata Sun, sekilas terlihat, Sun ingin ikut berlari keluar menyusul, bermain dengan temanteman. 

"Aku hubungi ibunda Sun dulu deh." Benak ibu guru Rin. 

Perbincangan berlangsung baikbaik saja, keramahan riang gembira, saling menghormati, obrolan bersama ibunda Sun, lewat telepon seluler pribadi ibu guru Rin. 

Info, kesimpulan, dari perbincangan tadi itu, bahwa Sun sehat, baik-baik saja. Seperti biasa tadi pagi Sun, sarapan roti pun tuntas, habis. 

Sun, gemar roti dengan selai buah anggur, diselingi sedikit selai kacang almon, serta sedikit coklat. Itu sebabnya pula, Sun, rajin menggosok gigi sesuai aturan kesehatan gigi.

“Jadi apa masalah Sun ya.” Di benak ibu guru Rin, makin penasaran. 

Menurut Ibunda Sun. Semalam, Sun masih menyelesaikan karangan cerita untuk dibaca di depan kelas esoknya. Hebat, Sun telah menyelesaikan cerita untuk lomba ulang tahun sekolah.

“What happened to you my dear Sun?” Sun, membuat ibu guru Rin, semakin penasaran. 

“Mengapa, ada apa ya?” Lagi pertanyaan di benak ibu guru Rin, tambah penasaran. 

Tapi Sun, tidak tampak lesu, tetap kelihatan semangat, tak menunjukkan kelainan fisik apapun, menyelesaikan tugas sekolah dengan baik. Hari ini, Sun sungguh menjadi ananda amat manis. 

“Baiklah kalau begitu, aku mendekat sekarang. Waktunya sudah tepat untuk bertanya padamu ananda Sun.” Lagi, di benak ibu guru Rin.

Ibu guru Rin mendekati Sun. Dengan sebuah buku cerita di tangannya. 

“Halo anandaku, kamu tidak ingin ikut bermain keluar kelas? Ini waktu istirahat loh sayangku.” Sun hanya menggelengkan kepalanya tanpa suara. Tapi bola mata itu tetap terang bersemangat. 

“Ini ada buku cerita baru untukmu.” Sun menerima buku itu, segera membacanya seperti biasa. Tanpa suara hanya menengok sejenak pada ibu guru Rin. Semacam ucapan terima kasih, tersirat dari pandangan bola mata Sun, berbinarbinar girang.

Sun, membuka beberapa halaman buku itu, kembali lagi ke halaman depan meneruskan membaca. Ibu guru Rin, menunggu beberapa menit, Sun, tak bereaksi, arah mata Sun, cermat membaca buku cerita itu. 

Setelah cukup menit menunggu, ibu guru Rin, membelai lembut punggung Sun. 

“Selamat membaca anandaku.” Sun menatap sejenak, menganggukkan lagi kepalanya, tampak senyumnya sedikit dari balik masker serta bola matanya, girang, lagi, mengucapkan terima kasih.

Ibu guru Rin, kembali ke meja guru, menunda bekal makan siang. Tadinya, ia akan makan di ruang guru. Bekal itu di masukkan lagi ke dalam tas. Ibu guru Rin memperhatikan Sun, sekilas cepat, berulangulang. 

Ibu guru Rin, telah menghitung waktu dalam menit amat tepat untuk bertanya pada Sun, mengapa ia memakai masker, namun ibu guru Rin, memutuskan menunda pertanyaan beberapa saat lagi. Melihat Sun membaca dengan serius, buku cerita itu.

Bel sekolah berbunyi, tanda waktu istirahat sekolah telah usai. Tak berapa lama terlihat Sun berlari keluar bergabung dengan temantemannya di barisan, bersegera masuk kelas dengan tertib.

Suasana kelas berlangsung seperti biasa setiap hari Rabu, tak ada pelajaran tanya jawab juga membaca, lebih pada pelajaran visual untuk melatih anak menggali potensi menulis indah serta menggambar.

Setelah semua keluar kelas untuk pulang, Sun, tak beranjak dari tempatnya. Apa boleh buat, kali ini ibu guru Rin, menjalankan salah satu kewajiban, sebagai guru, mencari tahu, mengapa Sun, tak bersuara sejak masuk sekolah tadi pagi, meski tetap menjalankan aktivitas belajar dengan baik-benar, juga tetap bersemangat.

Setelah ibu Guru Rin duduk di samping Sun. Membelai bagian belakang kepala Sun, sejenak. 

“Boleh ibu Rin bertanya sayang?” Sun, mengangguk patuh. 

“Sun sedang Flu?” Sun menggeleng pertanda tidak. 

Nah, ibu guru Rin bertambah penasaran. Mulai agak dag dig dug sedikit, berusaha menghela nafas menenangkan perasaannya. Ibu guru Rin, amat sabar mencoba mencari tahu lebih jauh.

“Sayang...Ibu guru Rin, ada di sini loh. Jika Sun ingin bercerita apa saja...” 

Secara tiba-tiba Sun membuka maskernya. Lalu dia tertawa kecil.

”Sun sedih Bu Guru. Gigi Sun tanggal satu waktu menggosok gigi tadi pagi.” Amin Ya Tuhanku Maha Suci Engkau, dia bersuara lagi, dalam hati ibu guru Rin.  

Dengan nafas lega ibu guru Rin memeluk Sun, sejenak, lalu melepaskan perlahan-lahan. Suara ibu guru Rin, lembut mengalir lega.

“Oh, gitu ya sayangku. Sudah bilang ibunda Sun?” Sun mengangguk. 

“Sudah...Amin.” Lanjut suara ibu guru Rin. Girang, lega banget deh.

“Iya bu guru. Tadi bunda bilang tak apaapa, semua gigi susu akan lepas pada waktunya.” Suara Sun, mencoba meyakinkan diri. Ibu guru Rin, segera membenarkan hal itu.

“Jawaban Bunda Sun, benar sayang.” Ibu Rin, lembut. Ibu guru Rin lega banget, meski masih tersisa dag dig dug di perasaannya. 

“Iya bu guru. Tapi malu gigi depan Sun, jadi ompong.” Sun cepat menutup mulut dengan tangan mungilnya, bersuara nyaring, secerah seperti sedia kala. 

Ibu Guru Rin girang, keduanya berpelukan, erat.

***

Jabodetabek Indonesia, Juli 27, 2022.

Ikuti tulisan menarik Taufan S. Chandranegara lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler