x

Iklan

Taufan S. Chandranegara

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 Juni 2022

Sabtu, 30 Juli 2022 15:04 WIB

Dalam Esai Merawat Sangsaka

Artikel cinta tanah merdeka-Indonesia. Ungkapan rasa syukur, bersama berkarya kreatif menjaga kearifan negeri tercinta, Dalam Esai Merawat Sangsaka. Salam baik saudaraku.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Syair Zaman

Kehidupan zaman mencipta peradaban. Bertumbuh makhluk hidup seirama waktu alam raya. Ragam bahasa memesona, menjalin komunikasi antar bangsa. 

Sebagaimana seharusnya pertumbuhan pohon, daun  gugur dari tangkainya, karena cuaca ataupun akibat musim pancaroba. Tak satupun tahu rahasia Ilahi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

***

Mempertimbangkan tradisi, melihat kembali tanah lahir sejak sejarah awalnya, hingga menuju pertumbuhan, kehidupan bermasyarakat, lampau, kini, akan datang, memutar kembali kaleidoskopis gambar hidup, rangsangan ingatan, melihat nomor dramatik antar zaman lebih luas lagi. Peradaban lampau melewati kini menuju akan datang.

Salah satu bagian pelajaran membahagiakan cara pandang dalam pola pikir kesantunan, kesenian, politik, ekonomi, kebudayaan, tekno, sains, seterusnya sebagai bekal pencerahan akalbudi. 

Bukan pola pemikiran melompat jungkir balik di ranah demokrasi, isme-impor, primadona pujaan politik modern dunia, meski kadangkala disulap sebagai alat efektif atas nama demokrasi,  di planet bumi, dengan satu alibi, demokratisasi.

Bahkan si-alat atas nama demokrasi itu, mampu melakukan tindakan invasi, rasisme politik di negara berlabel modern demokrasi. Penghancuran artefak seni budaya adab peradaban penanda sebuah bangsa sebagai sejarah awalnya. 

Bagaikan pagebluk tak sirna jua, penyakit lipstik-isme, rekayasa invasi militer atas nama demokrasi. Menyulut peperangan horizontal, menggunakan teknologi vertikal. Memusnahkan situs sejarah. 

Terjadi pada negara jazirah di benua jauh. Musnah, entitas artefak antropologis penanda identitas peradaban sebuah bangsa, akibat invasi militer membumihanguskan keadaban peradaban bangsa itu, lagi, atas nama demokrasi-lupa, humanisme. 

Terkadang pula artefak itu sulit kembali ditemukan. Artefak, sebagai penanda zaman, sekalipun di tengah hutan belantara ataupun di sebuah museum modern beradab. 

Bersyukur kehadirat Gusti Pangeran, demokrasi, di negeri hamba ini di bawah pengawasan Pancasila. 

***
Seiring waktu, lantas bertemulah kehidupan homosapiens, sebagaimana kembali dibicarakan oleh sementara kalangan cerdik pandai, setelah sekian lama berevolusi, sejarah peradaban manusia dengan kelompok masyarakatnya. 

Tesis versus antitesis, antar teori, kompetitif mencapai perubahan pertumbuhan asal muasal manusia berbagai versi, di kancah keilmuan kontemporer-modern, teori evolusi tak pernah usai.

Merumpun silang pendapat merujuk anggapan keilmuan, peradaban manusia paralel hikayat kebudayaannya, di lingkaran siklus ragam pola laku, merembes kepermukaan bumi, pesona pilihan warna-isme di galeri perilaku manusia. 

***

Syair Sangsaka

Pelajaran budi pekerti, sebaiknya tetap tertulis di langit pendidikan. Menulis halus seiring perasaan berbudi luhur. Dasar keutamaan estetika filsafat dari makrifat kearifan. 

Lupakan aklamasi anonim, sebab di sana barangkali tengah bersembunyi kawanan bara kan memanggang kaki langit, membangun peristiwa api.

Kewaspadaan-Kedewataan, sumber hakikat menjaga mataair-tamanhati.

***

Lantas apa pasalnya pula, oknum manusia koruptor tumbuh di ranah demokrasi modern dunia, ketika musim manusia berakal sehat. Apakah akibat teori ke.isme.an tertentu, atau akibat iman salah arah, atau pula akibat kesadaran hedonisme amburadul.

Gegar budaya drama korupsi, di atas keprihatinan nasional. Ketika negeri tercinta ini, tengah melawan pandemi sekuat daya upaya, dalam kesederhanaan hidup bersama. 

Patuh pada disiplin-social distancing, upaya menjaga kesehatan publik sekuat keutuhan bangsa, peduli sesama anak negeri tercinta. Serentak bergotongroyong, agar mampu melewati musim pagebluk alias epidemi, menjadi pandemi, tengah melanda dunia.

Gelegar korupsi itu, disergap kewajiban keadilan. Sudah seharusnya pula, keadilan, berani tampil beda, tegas, suci, membumi, berbudi. Demi merawat peradaban negeri Sangsaka Dwiwarna. Salam Indonesia keren negeri para sahabat. 

***

Jabodetabek Indonesia, Juli 30, 2022.

Ikuti tulisan menarik Taufan S. Chandranegara lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler