Rendah Hati Membawa Bahagia

Sabtu, 30 Juli 2022 15:07 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kebahagiaan dipengaruhi oleh sikap mental. Jika Anda rendah hati, bukan rendah diri, maka Anda akan lebih mudah mencapai kebahagiaan. Mengapa begitu? Ikuti terus.

Oleh: Bambang Udoyono, penulis buku

Nènèk moyang kita mewariskan banyak sekali kalimat mutiara yang sangat bermanfaat untuk menghadapi kehidupan ini.  Salah satunya adalah anjuran untuk bersikap andap asor dan lembah manah.  Generasi baby boomers saya kira masih hafal dengan kalimat ini.  Kalau generasi milenial, gen z dan gen y mungkin kurang paham. Maka sila simak.

 

Andap  artinya rendah.  Asor artinya rendah juga.  Maksudnya bersikap merendah.  Rendah hati, bukan perasaan rendah diri.  Kebalikan dari sikap menyombongkan diri dan tinggi hati.  Lembah manah artinya rendah hati juga.  Manah dalam konteks ini artinya hati, bukan olah raga memanah.    Jadi inilah code of conduct  warisan nènèk moyang kita.  Anjuran yang sangat baik agar kita bisa menata hati.  Kalau kita mampu menata hati seperti ini maka hidup ini akan lebih énak.  Semua pihak akan merasa énak.  Kita sendiri merasa énak dan orang lain juga merasa énak.  Sebaliknya kalau tinggi hati maka sejatinya kita sendiri menjadi emosional dan orang lain juga sebel.

 

Saya tidak ingin ngrasani orang, hanya ingin memberi contoh saja. Jadi namanya tidak usah disebut.  Saya punya teman yang rendah hati, bukan rendah diri.  Dia tidak pernah membualkan prestasinya, tidak pernah omong besar sedangkan kalau mau omong besar bisa juga karena memang prestasinya besar. Penampilannya juga biasa saja sehingga orang yang belum kenal sering salah tafsir dan mengira dia biasa biasa saja.  Di sisi lain ada orang yang tinggi hati, ora gelem kungkulan (tidak mau diungguli) dalam bahasa Jawa.   Tapi malah répot sendiri karena banyak sekali orang yang nyatanya lebih unggul.  Akibatnya dia sering merasa kecéwa.  Sejatinya bukan orang lain yang membuatnya kecéwa tapi hatinya sendiri. 

 

Kalau anda merasa panas hati melihat capaian orang lain, maka itu salah satu indikator kurang séhatnya hati anda.  Kadang memang ada orang yang pamèr bejo (keberuntungan),  bukan pamèr bojo (pasangan),  sehingga membuat orang kurang nyaman.  Tapi yang tergantung sikap hati kita.  Kalau kita andap asor lembah manah  ya tidak masalah.

 

Boléh saja sebenarnya tidak mau kalah tapi secara positif. Yaitu dengan cara andap asor  dan lembah manah itu.   Jadi akui saja dulu keunggulan orang lain itu.  Lalu amati dengan cermat bagaimana dia bisa mengembangkan keunggulannya tersebut.  Kalau bisa tirukan dengan modifikasi. Itulah yang dilakukan banyak orang dan banyak bangsa dalam menggapai kemajuan.  Akui, amati, tiru, modifikasi.  Akhirnya kembangkan sendiri.  Banyak produsen besar yang awalnya hanya sebagai peniru alias pengikut saja tapi akhirnya bisa berkembang.  Dan semua itu berawal dari sikap hati yang merendah tadi.  Kalau tinggi hati ya susah.

 

Sikap tinggi hati cenderung tidak mau mengakui kelebihan orang.  Tidak mau memberi ucapan selamat atas keberhasilan seseorang mungkin salah satu cerminan tinggi hati.  Ada orang yang sakit hati karena kalah.  Ada juga yang sikapnya malah jadi aneh dan merugikan dirinya sendiri.  Misalnya lalu tidak mau kenal dan menjauh.  Ada orang yang seperti itu.  Sakit hatinya dibuat sendiri.  Artinya karena dia tidak bisa menata hatinya.  Dia tidak besar hati menerima kekalahan.  Oléh karena itu nènèk moyang memberi saran agar kita bersikap rendah hati saja.  ini lebih menguntungkan, lebih énak buat kita sendiri dan orang lain.  Monggo sila menata hati.  Memang tidak mudah.  Tapi asal rajin belajar dan berlatih akan ada kemajuan.

Jadi kuncinya ada pada sikap ulet. Pantang putus asa. Coba dan coba lagi.

  

Kemampuan menata hati ini adalah salah satu unsur mencapai kebahagiaan.     

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Bambang Udoyono

Penulis Indonesiana

3 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler