di kala kejujuran menjadi langka
perselingkuhan dan penyelewengan pun mengemuka kian menganga
keadilan menjadi langka jua
untuk didapatkan dimana
langkah kaki gontai tak tahu arah kemana
jubah sang aulia cerdik cendekia
yang tampak di mata, tak lagi menjadi acuan
nyatanya hanya sebagai pembalut semata
berbaurlah semua
dan, begitu sulit memilahnya ...
betapa tidak!
mereka yang bernama aulia dan cendekia
kenapa timpang pula perilakunya?
coba tengok saja!
adakah koruptor yang tak berlabelkan sarjana?
kemanakah moral dan etikanya?
di kala fakta berbicara, penyandang aulia bijaksana
sebagai benteng penjaga keadilan, moral dan etika
justru berselingkuh dengan tugas yang disandangnya
sembunyi di balik sandiwara yang dilakonkan serba pura-pura
agar tak tercium aroma perilaku timpangnya ...
duh, Gusti?
Kota Malang, Juli hari ketiga puluh, Dua Ribu Dua Puluh Dua.
Ikuti tulisan menarik sucahyo adi swasono lainnya di sini.