x

#LombaPuisiTerokaIndonesiana

Iklan

Jerpis M.

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 2 Agustus 2022

Rabu, 3 Agustus 2022 10:05 WIB

Petualang Malang Bimbang Pulang

Oleh Immanuel Jepris M.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Petualang yang malang itu Aku

dari masa yang lampau

terasing jauh berlari pergi

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

sekarang datang kembali

pulang seperti matahari

yang habis waktunya hari ini.

 

Hatiku bergetar

ketika dari kapal tua ini kulihat

daratan dengan pasir dan hutan lebat

pohonnya berbaris melambai-lambai.

 

Hih, negeriku

rimba yang telah lama

hanya dapat kulihat rupanya

dalam mimpi tidur malamku.

 

Akhirnya 'kan bersandar juga kapal ini

mengantarku pulang ke tanah negeriku

dan Aku akan melangkahkan kakiku kembali

berlari memasuki hutan-hutan berkabut.

 

Tetapi ketika sauh kapal dilepas ke dasar

kulihat buihnya menjelma perlahan

menjadi kesedihan

berat hatiku bimbang kurasakan.

 

Begitu lama kugantung hidupku

di atas kapal tua ini

beratus tahun sudah

kenangan itu tertumpuk

dalam pustaka benak

dan Aku seperti tak rela mengakhirinya. 

 

Terlihat berpasang-pasang mata

hasil rahim ibu negeriku

berdiri sepanjang pantai, menanti

memantau siapa pula akan tiba di sini.

Dalam hening terlarut lamunan jiwaku.

 

Hih,

inikah kerinduan yang kudambakan?

Tak dapat pula Aku menahan tanya

yang tak akan kutemukan jawabnya.

Tak dapat pula aku menahan butiran

air hujan dari laut kebimbangan.

 

Aku berjabat salam perpisahan

hendak melepas kepulangan

segumpal garam kepedihan

di sekujur tubuhku bertaburan.

 

Bagaimana bisa kutabahkan hati dan jiwa

sedang Aku hanya meninggalkan rasa duka

pada mereka yang telah mengusir kesunyian

pada malam-malam keheninganku yang lalu.

 

Ketika Aku sibuk bercumbu dalam rinduku

seperti kapal hampir karam dicekam badai

mereka bersusah payah mengatur layarnya;

tak dibiarkan Aku tenggelam ke dasar palungan.

 

Mereka telah menerbitkan matahari di wajahku

sedang Aku hanya meninggalkan gagasan tua

mimpi-mimpi purba para pujangga kebanyakan

yang tak pernah sampai pada cita dan asanya.

 

Serta syair-syair tak selesai para pujangga

dengan nada-nada yang manis memikat hati

yang membutakan mata mendengungkan telinga

memaksa tak lelah bertahan dalam panjang derita. 

 

Sedang mereka membutuhkan dagingku

'tuk disantap bersama roti dan anggur itu,

Aku hanya bisa memberi deru angin panas

dari tungku bibirku yang membara.

 

Bagaimana mungkin Aku lapang berpulang

menikmati ketenangan jiwa Sang Petualang

sedang di mata mereka malang menyerang;

tiada lagi alasan kibaran layar berkumandang.

 

Apakah Aku akan benar-benar pulang

atau hanyut dalam kerinduan baru?

Apakah halaman dan sekumpul kawanan

atau dalam sepi memagut kembali kurasakan?

 

Aku,

petualang yang malang

benar-benar ingin pulang

dalam keridhaan yang lapang

dalam ketabahan yang tenang.

 

Bekasi, 2 Agustus 2022

Ikuti tulisan menarik Jerpis M. lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler