Dewi malam temaram,
Pancarkan cahaya,
Jarak dari jutaan kaki menatap nanar taman ismail marzuki,
Bunga-bunga, pancuran air jua rerumputan ikut bernyanyi pada menjelang malam pembukaan,
Gema nada-nada tinggi menguar,
Memecah bunyi tandingi hiruk pikuk,
Lalu,
Pada megahnya panggung,
Muncul wajah sosok pujangga menyulut rokok,
Atau dia, Si Binatang Jalang,
Seketika waktu berhenti,
Membuatku kagum teteskan air mata,
Menambah asin air laut di seberang jalan,
Sayang, itu foto 80an tahun silam,
Ini malam perayaan usianya yang ke seratus tahun,
Seabad sudah dia berumur,
Kubisiki bunga-bunga di sebelahku,
Kuteriaki rembulan pucat di atas sana,
Kusapa pancuran air di belakangku,
"Dia akan hidup sampai seribu tahun lagi,"
Itu seperti yang dikatakannya tempo dulu,
Lalu,
Aku kembali membeku,
Menyisakan telinga yang mencerna, Aku, Diponegoro, jua renteran karyanya,
Hingga usai aku masih terpaku,
Jiwaku terbang dalam kesaksian,
Kulihat dia duduk bersama Sapardi, Sutardji, dan Jokpi,
Lama sekali, sampai mentari menyembul di ufuk timur,
Sungguh ini sihir keabadian,
Bombana, 2022
Ikuti tulisan menarik Romi Assidiq lainnya di sini.