x

Gambar oleh Pexels dari Pixabay

Iklan

Samroyani

Penulis Serabutan
Bergabung Sejak: 28 Juli 2022

Kamis, 4 Agustus 2022 16:51 WIB

Sungkawa

Dalam rangka mengikuti #LombaPuisiTerokaIndonesiana

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

#LombaPuisiTerokaIndonesiana - Sungkawa

 

Siapa juga yang masih menikmati puisi?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Paling, pujangga yang gelap mata.

Intelek yang matanya belek.

Atau pelacur yang nganggur.

 

Apa yang harus dinikmati dari diksi.

Kiasan berbelit yang diterka pun sulit.

Rima yang sulit diterima.

Metafora yang dicerna terlalu lama.

 

Puisi dianggap senja.

Tenggelam matahari dan sajak itu beda.

Puisi juga dianggap kopi.

Terlalu sempit jika hanya sebatas biji.

 

Chairil dan Sapardi dagingnya sudah mati.

Bukunya dimonopoli korporasi.

Mereka menatap dari surga.

Bertanya, puisi mau digondol kemana?

 

Padahal puisi,

bisa jadi beton lantai keraton.

Payung tanpa harus mendung.

Atau, gagang cerulit.

 

Puisi jadi lagu, jadi buku, jadi abu.

Jadi perkara, bahkan jadi penjara.

Puisi bisa di hati buruh, perusuh,

tukang becak, kecuali penguasa.

 

Penguasa tidak berpuisi.

Sibuk mereka, cari muka dan cari cuka.

Selanjutnya diguyur ke luka.

Undur diri lalu lupa.

 

Bukan juga untuk anak muda.

Sibuk mereka, bersuka dan menari ria.

Tapi bisa untuk beberapa.

meski sedikit ekornya.

 

Aku kemudian mencari, mencaci, mengaji.

Tapi tidak ada gunanya, selalu kembali.

Siapa juga yang masih menikmati puisi?

Tolong jawab nurani.

 

 

Subang, Juli 2022.

Ikuti tulisan menarik Samroyani lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu