Pagi yang sama.
Derit ranjang dan seprei bunga plumeria.
Keringat di tengkuk, punggung, dan selangkangan—
udara panas menembus lubang ventilasi kamar.
Aku terbangun, menatap waktu berlari melampaui angan
dan buku-buku berserakan, sebagian terbuka wajahnya:
Akulah jalang yang ingin hidup seribu tahun lagi.
Tuliskan olehmu beberapa ramalan tentang masa depan
pertanyaan-pertanyaan yang tak akan kita kenali jawabannya.
Dalam dada, masih aku sisakan lembar terakhir buatmu:
Akulah buku yang tak akan pernah selesai kaubaca.
Di musim kemarau
aku masih mengingatmu sebagai angin
yang lincah di antara pohon-pohon pulai.
2022
#LombaPuisiTerokaIndonesiana
Ikuti tulisan menarik Den Aslam lainnya di sini.