Hei, Jalang
Ini aku: anjing nggonggong selalu
yang mengganggu tiap tidur malammu
selepas puncak birahimu di atas ranjang.
Masih ingat kau?
Kali ini aku datang ke pestamu.
Tiada kubawa kepadamu
rasa kagum balita pada gula-gula
atau hangat sapa mendayu
mesra merayu mata dunia.
Jangan kau harapkan itu dariku!
Yang kubawa bedil berpeluru perkara
siap melenting kapan saja
ke arah bayang-bayangmu
yang membuntuti mereka:
generasi hari ini dan esok lusa.
Keruntuhan itu hanya pada hatimu
yang tinggi tak kunjung memberi.
Padaku biak mata rantai Eros
melingkar tak putus; paradoks.
Hei, Jalang
ini zaman tak perlu lagi tinta dan kertas
Sekalipun pohon-pohon tak menuntut balas
atas pembantaian nenek moyang mereka
sepanjang segala zaman di hutan rimba.
Pohon itu lebih dulu mengenal bumi.
Semua pun datang semua pun pergi.
Semua pun suka semua pun duka.
Tiada yang istimewa; hanya takdir biasa.
Sebab pohon tak berkalbu?!
Kita yang buta aksara alam raya
hanya bisa sampai pada kata
tafsir dan terka.
Jadi bagaimana,
mau kutembak kau sambil berlari
atau dengan kain hitam penutup mata:
seni eksekusi hukuman mati negeri ini
bagi para pecandu duniawi?
Ikuti tulisan menarik Jerpis M. lainnya di sini.