Tubuh yang rangka itu
berjalan melewati jalan becek dan berlubang
ia mendengarkan slogan-slogan kemerdekaan
selebihnya menjadi puisi, yang lainnya menjadi mani
yang menggenang di gang-gang sempit Jakarta.
Pernah ia mengetuk pintu menanyakan kabar
pada malam yang dahaga
tak ada jawaban
bagi doa
Beberapa harapan larut
menjadi air mata
beberapa menggumpal
di sudut paru-paru
menjelma rasa sakit
yang amat lama.
Wajah mana yang tak pernah ia kenal di kota tua itu?
semuanya kutukan, bisikan ajal
di telinganya.
2022
#LombaPuisiTerokaIndonesiana
Ikuti tulisan menarik Den Aslam lainnya di sini.