api yang enggan memejam
dalam kobaranmu,
membakarku berkalikali.
kau menelusuri
tangantangan
yang lemahlembut
mencaricari
yang seluruh.
kau sepasang kesepian
yang memanjangkan rambut
mengunjungi dan
tak pernah saling.
kau masa yang pemalu
membuai telukteluk
yang tersisa
dari waktu pukul 00.00 dan
tanpa menakutnakuti.
kau sehimpun gugusan
suatu hari nanti
tanpa kutolak.
[bung jassin! katakan!
dalam jiwanya
yang sedikit pemalu
terhadap kenyataan pahit,
sajaksajaknya lebih piawai
menjalani hidup
ketimbang ia.
pena telah ia hunuskan
dan menusuk berkalikali] 10/3/44
(aku merasa bahwa
aku akan hidup
lebih lama lagi.
kematian sekalipun
tak akan mampu
melirik kepadaku.
matanya yang pucatpasi&beku
mencair pada matahari jantungku.
aku menginginkannnya
untuk selama-lamanya
hingga lebih tua dari purba
dan memiliki kemampuan
untuk mencintai dan pergi
tanpa permintaan apapun)
[bung!
jassin! jassin!
katakan bahwa ia
sama sekali tak bersalah!
katakan, jassin!
sekali saja!
ia tak tahu siapa dirinya.
dalam sajaksajaknya,
ia berubahubah warna.
itu bukan kesalahannya,
jassin!
ia.....
hanyalah......
jassin! katakan!] 11/3/44
(aku ke langit. kematian
tak membutuhkan
sepuluh ribu nyawa
untuk membuktikan.
aku akan tak peduli
apabila langit hari ini
tak ada. atau lebih biru.
atau abuabu. dari kemarin&
harihari kemarin lagi.
dan lebih tak peduli lagi
seluruh sangsi. di mataku
gelapgulita
bernapas pelan.
malam koyak
terburai—aku
pasti sudah mati
dibunuh berkalikali.
menikam
bulan seorang,
langit
sangatamat luka.
separah mati—aku
menghirup perih berkalikali.
di bawah mataku
pisauamatsangatmenawan.
di bibirku kematian
berkalikali mengirim surat.
o. kunangkunang&bajubaru
o. daunkering.tubuhkurupanya
o. terik—matahariyanglupakunyalakan
berkalikali aku amat mati&akan hidup lebih lama lagi)
Bandarlampung, 09/8/22
#LombaPuisiTerokaIndonesiana
Ikuti tulisan menarik Muhammad Syahroni lainnya di sini.