x

Bahasa isyarat menggunakan simbol jari tangan

Iklan

Ikhwanul Halim

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 10 Agustus 2022 06:34 WIB

Tuli

Ada dua papan tanda lalu lintas di jalan raya di depan rumah kami karena adikku, Ferdy. Yang pertama sekitar dua ratus meter ke selatan dan satu lagi sekitar dua ratus meter ke utara. Dua-duanya bertuliskan kata-kata yang sama, "Hati-Hati! Area Anak Tuna Rungu".

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ada dua papan tanda lalu lintas di jalan raya di depan rumah kami, karena adikku, Ferdy, tuna rungu. Yang pertama sekitar dua ratus meter ke selatan dan satu lagi sekitar dua ratus meter ke utara. Dua-duanya bertuliskan kata-kata yang sama, "Hati-Hati! Area Anak Tuna Rungu".

Satu-satunya alasan mereka ada di luar sana adalah karena Mami mempermasalahkannya di rapat Dewan Perwakilan Kabupaten.

Aku masih terbayang saat dia berdiri di podium.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Jadi, biarkan saya menjelaskan penting hal ini," katanya kepada para anggota dewan. "Kalian mengatakan kepada saya bahwa kalian tidak akan menyediakan anggaran empat juta rupiah untuk beberapa tiang dan lembar baja yang dapat menyelamatkan nyawa anak laki-laki kecil di sana?"

Lalu dia menunjuk Ferdy yang duduk di antara pengamat bersama kami semua, anak-anak.

“Hanya empat juta saja yang diperlukan untuk mencegah headline news di koran dan tv nasional yang bunyinya,” jeda sejenak, lalu lanjutnya, “Bocah Tuli Tewas Ditabrak Pengemudi yang Ngebut!”

Aku ingat bagaimana Mami berkacak pinggang dan menggelengkan kepalanya kepada para anggota dewan dan berkata, "Saya tidak ingin mencalonkan diri untuk pemilihan ulang melawan headline news itu!"

Rambu-rambu itu terpasang dua minggu kemudian, tetapi tidak sedikit pun membuat para pengemudi yang melintas memperlambat laju kendaraan mereka. Truk dan mobil masih ngebut melewati rumah kami dengan kecepatan tinggi. Namun, tanda-tanda itu membuat Mami merasa lebih baik.

Dia merasa sangat bersalah pada Ferdy, karena keempat saudara perempuan dan laki-lakiku yang lain semuanya normal. Mami pikir dia telah melakukan sesuatu yang salah yang menyebabkan Ferdy tuli. Mungkin terlalu banyak merokok selama kehamilannya, atau mungkin dia lupa minum vitamin, atau sebab yang dia tak ingat.

Tidak ada masalah tentang papan tanda itu. Kami semua, anak-anak, cukup tahu untuk menjauh dari jalan raya, terutama Ferdy. Meski dia mungkin tuli, tetapi dia sangat pintar. Faktanya, dia mungkin yang paling pintar di antara kami semua.

Bagaimana lagi dia bisa mempelajari bahasa isyarat dengan tangan dan jari yang dia lakukan, alih-alih berbicara dengan mulut? Dan bagaimana lagi dia bisa menonton TV dan memahami apa yang terjadi hanya dengan melihat gerak bibir?

Meskipun aku bisa mendengar apa yang dikatakan para aktor, bahkan aku tidak mengerti sebanyak yang dia mengerti.

Ya, Ferdy itu pintar, itu pasti. Mungkin kami bahkan sedikit cemburu. Mungkin itu sebabnya kami kadang-kadang agak jahat padanya. Tapi sungguh, agak menyenangkan untuk menunjukkan kepada teman-temanku bagaimana aku menyelinap tepat di belakangnya dan berteriak sekeras mungkin, "Hei, bodoh!" dan dia bahkan bergeming. Setidaknya sampai aku membuatnya melompat kaget karena meraih bahunya secara tiba-tiba. menjadikannya ketakutan karena dia bahkan tidak tahu kalau aku ada di belakangnya.

Mami benar-benar murka ketika dia memergoki kami melakukan itu, tapi Ferdy tampaknya tidak terlalu keberatan. Aku pikir dia suka diperhatikan.

Sesekali, aku mencoba membayangkan bagaimana rasanya menjadi Ferdy, tidak dapat mendengar sama sekali. Aku masuk ke kamarku, menutup pintu, dan hanya berbaring di tempat tidur, memejamkan mata dan mencoba untuk diam dan tidak membuat suara. Tapi tetap saja selalu ada suara, bahkan jika itu hanya bisikan udara yang terdengar dari ventilasi AC atau suara napasku sendiri.

Dokter-dokter memberi tahu kami bahwa Ferdy bahkan tidak dapat mendengarnya. Buatku ini aneh. Jika itu aku, aku akan menjadi gila. Tapi kurasa Ferdy tidak tahu apa-apa. Dia tidak tahu apa yang dia lewatkan.

Ngomong-ngomong, Mami bilang dia yang paling bisa ‘beradaptasi’ dibandingkan dengan kami semua. Aku tidak yakin apa artinya itu. Bagiku, dia hanyalah adikku yang harus kuajak bicara dengan bahasa isyarat.

Sesekali, aku berjalan ke utara atau selatan untuk melihat salah satu tanda Ferdy dan aku berpikir, Hei, ada anak-anak normal di daerah ini juga.

Tapi aku kira tidak ada tanda untuk menjadi normal, dan sesungguhnya aku sepakat dengan itu.

 

Bandung, 9 Agustus 2022

Ikuti tulisan menarik Ikhwanul Halim lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Sengketa?

Oleh: sucahyo adi swasono

6 jam lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB