PILON
Senin pagi yang me-Lugu
Waktu lalu ku tatap jalan raya namun tak cukup panjang kali lebarnya
Terhenti, langsung ku tepikan kendaraan yang bising lalu lalangnya
Cermati sekali lagi pariwara hiruk pikuk
Entah kapan yang fana ini kan lenyap terkutuk
Aku ini Berandal kecil
Berlenggak lenggok tuk terlihat tengil
Yang selalu membawa jangkar waktu
Terselip di belakang sakuku
Akan ku ancam Dia dengan sumpah serapahku
Bayang Bergemericik parau suaranya ditelingaku
Memekak asma di tiap malam menjelujur
Katanya tak perlu gundah membatin terbujur
Sejak saat itu ubin menjadi lebih dingin dari biasanya
Rintik nirwana yang sedang ku saup dengan tangan
Tak ada lagi kenikmatan memintanya
Biar kubuang lerai didalam dekapan
Ingin sekali mulutnya ku tancap paku emas
Antara teluh dan buhul yang ingin ku remas
Sampai dia sang adikara
Bajingan tengik!
Melebur dalam lupa
#LombaPuisiTerokaIndonesiana
Ikuti tulisan menarik Winda Pipit lainnya di sini.