Aku teriakkan kata untuk sebuah kebenaran
Menjadi manusia sejati, masihkah harus mencaci
Seperti kita yang beriman, cinta kepada ilahi..
Memuji, menyanjung, berharap untuk menjadi kesempurnaan dalam diri
Katakan yang benar adalah benar
Yang salah adalah salah
Apakah kebenaran itu berdasarkan ayat yang tersaji indah
Dengan mengikutinya, maka menjadi kebenaran namun melecehkan persaudaraan?
Oooh... Sang Zarathustra...
Ceritakan padaku tentang manusia yang kau agungkan
Manusia purna dan Manusia Unggul
Itu yang menjadi dasar ideologimu
Ceritakanlah kepada mereka
Seperti Aku memanggilMu,
Wahai Isvara penyelimut atma..
Isvara-vara... Isvara-vara..
Isvara-vara... Isvara-vara..
Begitu aku memanggilMu..
Hahahahahahahaa...
Aku bisa mendengar celamu
Aku bisa mendengar cacianmu
Namun, kau tidak mau peduli dengan esensi yang aku rasakan..
Kau tidak pernah peduli dengan semuanya.
Itu yang akan kau ucapkan..
Wahai sang Zarathustra..
Mereka manusia purna berendam dalam kekotoran sungai.
Mengikuti arus, halalkan keadaan
Dimana Manusia Unggul yang berada dalam lautan?
Menjadi laut, menyucikan sungai-sungai.
Terdiamkah kau mendengarnya?
Terpatrikah akal dan pikiranmu dalam gemalau pertanyaan?
Kepadamu, Aku bertanya!
Ikuti tulisan menarik mas zamrud lainnya di sini.