Setelah kecupan mesraku
di taman malam itu, aku tahu
mulutku akan penuh luka berdebu.
Segala keturunan akan mengolok aku.
Terbenam tubuhku dalam lumpur serapah
tak 'kan pernah layak walau terus kubasuh.
Bila kucoba berpikir tentang hari cerah
awan-awan gelap akan menatap angkuh.
Kaulah yang memilih aku:
setitik noda di jubah putih itu.
Tak dapat aku menolak sabda.
Kisah derita di jalan berbeda.
Kau tempatkanku dalam tungku berapi
mengeras lalu menghancurkan kembali.
Aku menunggu di ujung cerita
dalam penantian semu dan sia-sia.
Tanah menandus tapak darah kakiku.
Tak akan pernah berlaku janji padaku.
Aku telah hilang di padang ilalang, sendiri
tersesat dan tak pernah ada yang mencari.
Ikuti tulisan menarik Jerpis M. lainnya di sini.