#Beribu purnama selepas raga menjelma tanah
Andaikan kau dan aku berkawan waktu
Tak kubiarkan muka bulusmu berdamai
Hingga pecah darah
Tak peduli tembakau terlempar jauh
Kau murka atau menjauh
Sama hikayat Sudirman
Mati muda, sang pengelana belantara, pemikat hawa
Sementara relungmu hanyalah perempuan-perempuan sekelebat bayang lantas menghilang
Dibalik genggam tangan lusuh
Penamu menari tentang negeri dan pilu hati
#Beribu purnama selepas ragamu dirayapi cacing tanah
Tapi dunia terus menangisimu, mengapa?
Andaikan kau dan aku berkawan waktu
Bibir cerutumu akan meludahi ku
Generasi pengabdi setan
Hanya tahu jaman tapi tak kenal sejarah perang
Katamu nasionalis tapi pikirmu tak realistis
Lebih senang berkawan android
Timbang menengok kuburan perang kami yang sempit
#Sejenak kukenang penggalan majas penuh kias
Konon hidupmu berkawan malang
Tak hendak kawin dan beternak generasi pengabdi setan
Berleha-lehalah bersama cerutu bengal
Tak perlu peduli jaman kian sundal
Lelaki jalang dalam gugusan perang
Sama hikayat Sudirman
Pejuang mati muda
Tak hendak pulang, seratus atau bahkan seribu tahun berkumandang
Era Sofiyah
Malang, 11 Agustus 2022
Ikuti tulisan menarik Era Sofiyah lainnya di sini.