x

image: Painting by Patrick John Mills

Iklan

Ardianingtyas Ardianingtyas

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 10 Agustus 2022

Jumat, 12 Agustus 2022 13:04 WIB

Hijrah Bukan Hanya Milik Islam

Selama ini kita mengenal hijrah identik dengan umat Islam dan peristiwa perpindahan Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah. Ternyata hijrah itu universal bermakna luas dan untuk semua manusia tak dibatasi oleh agama manapun

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Akhir bulan Juli lalu, tepatnya tanggal 30 Juli 2022, umat Islam baru saja memperingati Tahun Baru Islam atau dikenal dengan Tahun Baru Hijriah. Tonggak peringatan Tahun Baru Islam tersebut didasarkan pada peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari kota Makkah ke Kota Madinah untuk menghindari tekanan kaum Quraisy pada masa itu, pada tahun 622 Masehi. Selama ini kita mengira bahwa hijrah identik dengan umat Islam dan peristiwa itu saja, namun ternyata ada makna lain dari hijrah yang berlaku secara universal, bahkan Presiden Jokowi pernah mengajak para pengusaha muda untuk hijrah.

Jadi apa sebenarnya makna hijrah itu? Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ada beberapa makna hijrah. Makna yang pertama menunjuk kepada hijrah/perpindahan Nabi Muhammad SAW dari kota Makkah ke Kota Madinah. Makna kedua dari hijrah dalam KBBI yaitu perubahan (sikap, tingkah laku, dan sebagainya) ke arah yang lebih baik. 

Makna kedua dari hijrah tidak ada unsur agama sama sekali. Tidak dikaitkan dengan agama, orang ataupun tempat tertentu. Jadi hijrah itu sebenarnya universal, milik semua manusia, semua suku dan semua bangsa. Tentu saja tidak semua golongan manusia, hijrah hanya berlaku bagi manusia yang ingin berubah ke arah yang lebih baik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam suatu peristiwa di Kota Makassar ketika berpidato di depan para pengusaha muda pendukungnya, Presiden Jokowi mengajak para pengusaha muda untuk berhijrah. Hijrah dari mudah marah-marah kepada lebih sabar, apalagi dalam kondisi ekononomi yang penuh dengan turbulensi. Meningkatkan rasa syukur, dari yang sebelumnya mudah mengeluh.

Pada akhirnya kita semua pun mesti hijrah ke arah yang lebih baik. Hijrah dari kaum yang suka rebahan menjadi lebih produktif. hijrah dari tak paham teknologi menjadi melek digital, hijrah dari pesimis menjadi pribadi yang lebih optimis.

Ketika kita sedang mencari nafkah, bekerja untuk keluarga itu pun bisa dikatakan hijrah. Kedua hal tersebut menunjukkan upaya kita untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. 

Ketika seseorang memutuskan hijrah apakah ada tantangannya? Tantangan pasti ada, baik dari diri kita sendiri ataupun dari orang lain. Tantangan dari diri diantaranya adalah rasa pesimis bahwa diri bisa berubah lebih baik, perasaan minder punya masa lalu yang buruk. "Percuma hijrah jadi orang baik, nanti jika ga kuat dan balik lagi kan malah malu-maluin". Sebaiknya memang dicoba dulu daripada tidak pernah sama sekali.

Selain tantangan dari diri sendiri, akan ada juga tantangan dari luar. Adanya cibiran, ledekan, cemoohan, wajah sinis orang lain. Jadi harus siap agar tak mudah goyah oleh reaksi sekitar kita. "Yah paling ga betah lama, besok-besok juga balik nongkrong lagi ama kita-kita."

Lingkungan kadang menganggap aneh orang yang berhijrah. Bagaimana cara mensiasatinya? Tentunya dengan tetap bersabar dan tak peduli dengan komentar miring yang muncul.

Memang segala sesuatu akan berat pada awal memulainya. Seperti layaknya pesawat terbang yang akan tinggal landas tentu membutuhkan energi dan tenaga yang super. Namun jika dilakukan secara terus menerus akan menjadi kebiasaan baik yang hasilnya akan dinikmati oleh siapa saja yang memutuskan untuk berhijrah.

Siap untuk berjihrah?

 

Ikuti tulisan menarik Ardianingtyas Ardianingtyas lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB