Kau Terlanjur Menjadi Puisi
Musim semi yang tidak ku nanti
Di pagi buta yang masih muda
Aku menghampiri dermaga
Menyaksikan bayanganmu
Yang dinikmati lautan,
Lidah lidah ombak
Menyentuh kedua telapak kaki ku
Memberi isyarat
Bahwa suaramu telah terbawa angin
Aku haus matamu
Aku kekeringan raba mu
Aku sesak menunggu peluk mu
Aku rindu isi kepalamu yang utuh
Musim semi yang tidak ku nanti
Dermaga dan bayanganmu
Dititik nol yang ku caci
Mencintaimu aku berkali kali,
jalan(g)raya, 21 Juli 22'
Ikuti tulisan menarik Merta Merdeka lainnya di sini.