Pasuruan, 12 Agustus 2022
Lagi kini kuhilang akal, Dik...
Aku lelaki dan kau perempuan. Kau tak pernah mungkin bisa jadi aku, pun aku tak pernah bisa juga jadi kamu. Wanita tak pernah bisa dieja perasaannya; itulah kau yang kutemui di palung hatimu. Wanita juga tidak hanya bisa diluluhkan dengan sebuah puisi; pun sama kaulah orangnya.
Mungkin sebaiknya kita tak pernah bertemu, Dik. Pernah kubilang padamu satu hari satu puisi, namun tiada objek untuk hari-hari ini melainkan kau Wahai Tuan Putri!
Kini aku hanya ingin menjelma kantukmu. Merengkuh setiap mentari yang terbit di indah dagumu, atau terangnya benderang rembulan di caya matamu. Melingkungi engkau dan aku.
Dik...
Jika kusalah, dengan rela nadi ini kau pecah. Terbelah membelah. Seketika nyawaku melayang; kuingin kau menjadi yang paling indah dan paling kusayang.
Aroma wangi Surga tercium, sehela nafas cintamu kukuntum.
(Dimas, Agustus 2022)
Ikuti tulisan menarik Dimas Nurdiansyah lainnya di sini.