x

Ilustrasi Dialog. Gerd Alatmann dari Pixabay.com

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 22 Agustus 2022 05:38 WIB

Nama-nama Partai Terasa Klise

Ketika banyak generasi milenial yang mulai memilih, pilihan atas nama partai boleh jadi memberi nilai tambah untuk menarik perhatian mereka. Nama yang tentu saja mencerminkan nilai, visi, gagasan, semangat, serta cara kerja yang baru dan cocok untuk zaman mereka. Sayangnya, kebanyakan partai punya nama yang klise dan kurang menjual.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Jumlah partai politik sebenarnya terbilang sudah cukup banyak, namun rupanya ini tidak menjadi penghalang bagi partai-partai politik baru untuk mendaftar jadi peserta pemilu 2024. Memang belum tentu mereka dapat mengikuti perhelatan politik ini, sebab harus lolos dari sejumlah tahap penyaringan lebih dulu, di antaranya syarat administrasi dan verifikasi.

Menyaksikan bagaimana mereka ingin berkompetisi, kita patut bersyukur ternyata masih banyak orang yang ingin mengabdi kepada nusa bangsa melalui politik. Setidaknya demikianlah yang mereka katakan. Semangat itu juga terlihat dari nama-nama partai yang mereka pilih, yang umumnya ingin mengesankan patriotisme mereka.

Tapi, apakah pilihan nama itu serta merta akan jadi daya tarik bagi masyarakat untuk menaruh perhatian pada partai baru? Nama-nama pilihan mereka menunjukkan betapa para politisi lebih mengedepankan citra patriotisme atau menunjukkan keberpihakan pada rakyat atau umat, tetapi kurang disertai pertimbangan apakah nama yang dipilih itu marketable dan saleable atau tidak.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketika banyak generasi milenial yang mulai memilih, pilihan atas nama partai boleh jadi memberi nilai tambah untuk menarik perhatian mereka. Nama yang tentu saja mencerminkan nilai, visi, gagasan, semangat, serta cara kerja yang baru dan cocok untuk zaman mereka. Merekalah yang akan mengisi masa depan.

Berpikir dan bekerja dengan gaya lama tidak akan menarik minat generasi baru dan tidak akan mampu menyelesaikan persoalan bangsa ini. Karena itu kita membutuhkan ide-ide segar, termasuk dalam hal nama partai politik—nama yang mencerminkan semangat zaman baru. Bukan nama klise yang diulang-ulang dengan cara memindah-mindah peletakannya.

Perkara nama partai ini sungguh teramat penting untuk diperhatikan. Sayangnya, tidak ada nama partai yang unik dan dengan cepat menarik perhatian serta mudah diingat. Nama-nama yang dipilih cenderung membebani diri dengan jargon-jargon yang itu-itu juga, seolah-olah nama partai politik harus seperti itu dan memang harus begitu. Misalnya, mesti mencantumkan pembangunan, bangkit, bangsa, daulat, bersatu, rakyat, atau demokrasi.

Kata-kata itu kemudian dipadupadankan sesuai selera penggagas partainya atau orang yang jadi motor penggeraknya. Begitu pula nama partai politik. Dengan kosakata yang serupa dan yang itu-itu juga, masyakarat akan repot mengingatnya, sebab satu dengan yang lain mirip-mirip. Misalnya, Partai Rakyat Bersatu Bangkit Berdaulat, yang lainnya memakai Partai Kebangkitan Rakyat Bersatu, lalu ada lagi Partai Persatuan Rakyat Berdaulat. Apa tidak pusing rakyat mengingatnya?

Para elite partai itu seakan tidak berpikir apakah nama yang dipilih ini marketable dan saleable atau tidak? Marketable itu bila dipasarkan akan dengan cepat menarik perhatian masyarakat, mudah diucapkan dan diingat, unik dan tidak pasaran. Ibarat tempat, istilahnya mesti instagramable. Maksudnya orang jadi kepingin berpose di tempat itu dan ingin difoto dengan berbagai gaya, sebab tempat itu memang menarik. Orang senang berbagi foto tempat-tempat yang instagramable. Begitu pula, orang mungkin juga akan senang berbagi nama partai yang marketable—wiih, namanya unik ya.

Apakah nama partai mesti mengusung jargon yang itu-itu saja? Rasanya tidak. Apakah partai tidak boleh memakai kosakata yang tak lazim? Rasanya tidak ada larangan.

Nama partai yang unik dan berbeda dari kelaziman akan terlihat mencolok dan mencuri perhatian publik, woow ini baru partai. Nama yang berbeda jauh ini juga bukan sekedar beda nama, tapi juga mencerminkan perbedaan di dalam semangat, dalam cara berjuang, perbedaan dalam kultur yang hendak dibangun, perbedaan cara berpolitik, perbedaan visi dalam memandang masa depan bangsa, dan seterusnya. Pokoknya tampil beda secara substansial.

Perbedaan inilah yang marketable, sebab rakyat merasa disodori gagasan baru nan segar, bukan gagasan serupa yang diulang-ulang sehingga jadi klise dan membosankan. Di tengah jagat perpolitikan yang mandeg dari segi ide dan aksi, karena cenderung mengusung pragmatisme kepentingan, maka menawarkan ide baru melalui nama partai yang unik dan berbeda akan mencuri perhatian rakyat. Sayangnya, kita disodori nama-nama yang dibentuk dari kosakata yang itu-itu saja, seolah-olah bahasa kita ini miskin perbendaharaan kata. Betapa tidak menariknya dunia politik bila memilih nama partai saja tidak marketable. >>

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Orkestrasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Rabu, 13 Maret 2024 11:54 WIB

Terpopuler

Orkestrasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Rabu, 13 Maret 2024 11:54 WIB