x

Iklan

Frank Jiib

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 11 November 2021

Kamis, 18 Agustus 2022 22:58 WIB

Renungan 77 Tahun Indonesia Merderka

Sebuah renungan tentang arti kemerdekaan yang sesungguhnya. Apakah Bangsa Indonesia sejatinya sudah merdeka atau perayaan hari kemerdekaan ini hanya sebuah seremoni yang selalu diperingati setiap tahun?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Semarak hari kemerdekaan begitu terasa di berbagai daerah dan kampung, banyak warga masyarakat yang berlomba-lomba menghias kampungnya dengan berbagai lampu hias, pemasangan bendera merah putih di setiap rumah, mengecat taman juga gapura kampung, juga diadakannya perlombaan bagi anak-anak juga orang dewasa dalam memeriahkan hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-77 tahun.

Namun, pernahkah kita merenung sejenak untuk meresapi serta memaknai hari Kemerdekaan Indonesia yang rutin digelar setiap tahun? Pernahkah kita bertanya kepada diri kita sendiri, “Apakah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai dan banggakan ini sudah benar-benar merdeka?” Atau jangan-jangan kita selama ini hanya menjadikan hari kemerdekaan Indonesia sebagai rutinitas belaka yang mesti dirayakan. Tanpa pernah kita memahami apa arti dari sebuah kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pendiri bangsa, juga para pahlawan yang rela mengorbankan harta benda juga jiwa raganya demi generasi berikutnya supaya dapat hidup merdeka di tanah air mereka sendiri.

Apa yang kita saksikan akhir-akhir ini sungguh bertolak belakang dengan harapan para pendiri bangsa serta para pejuang kemerdekaan. Bangsa Indonesia yang kita cintai ini di usia yang akan menginjak 77 tahun, sejatinya sedang berjalan mundur jauh ke belakang, cita-cita yang diharapkan oleh para pejuang bangsa belum terwujud hingga saat ini. Bahkan ibu pertiwi seakan sedang menangis melihat generasi bangsa yang sekarang seakan lupa dengan tujuan didirakannya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jika kita mau jujur, sebenarnya bangsa Indonesia sudah memiliki segala sumber daya untuk menjadi bangsa yang besar, berdaulat serta punya pengaruh di dunia internasional. Namun sayang seribu kali sayang, semua potensi yang ada di bumi Indonesia tidak digunakan serta dimanfaatkan untuk kepentingan memajukan bangsa. Celakanya lagi, potensi yang luar biasa besar itu hanya digunakan oleh segelintir elit untuk mengeruk keuntungan serta kekayaan bagi dirinya dan kelompoknya.

Mari kita merenung sejenak dan berpikir tentang sumber masalah yang perlahan-lahan menggerogoti pondasi Bangsa Indonesia, yang jika dibiarkan secara terus-menerus pada akhirnya akan menjadi sebuah bencana yang tidak kita inginkan.

Di usia yang akan menginjak 77 tahun, Bangsa Indonesia sedang berkutat dengan masalah-masalah pelik serta menahun. Masalah-masalah itu antara lain:

1. Korupsi yang semakin merajalela dan bukannya menurun.

Kita semua mengetahui bahwa yang merusak pondasi bangsa selama ini adalah prilaku korupsi yang sayangnnya dilakukan oleh para pejabat kita sendiri, yang notabnena juga warga Negara Indonesia. Sungguh merupakan sebuah ironi yang menyakitkan bagi masyarakat pada umumnya dan juga para pendiri bangsa serta para pahlawan yang telah gugur, ketika mengetahui generasi yang sekarang telah mengkhianati nilai-nilai luhur seorang pemimpin.

   Bagaimana seorang pejabat publik tega mengkhianati rakyatnya, harga dirinya dan yang lebih buruk mengkhianati bangsa dan negaranya sendiri? Ini adalah penyakit yang sudah menahun dialami Bangsa Indonesia dan sampai sekarang belum ada obat yang tepat untuk memberantas praktik korupsi yang dilakukan oleh para pejabat.

   Di era pemerintahan Presiden Jokowi inilah lembaga KPK seakan tidak memiliki taring dan tajinya untuk memberantas mega korupsi yang telah merugikan banyak pihak termasuk rakyat kecil. Malah yang terjadi ada salah satu komisioner KPK yang berulang kali melanggar kode etik dan hanya diberi sanksi yang begitu ringan. Selama praktik korupsi masih berlangsung dan bercokol di bumi Indonesia, selama itu pula jangan pernah berharap Bangsa Indonesia bisa merdeka seutuhnya dan mandiri.

2. Adanya jurang ketimpangan antara si kaya dan si miskin.

Pada saat ini kita semua menyaksikan bagaimana gaya hidup para pejabat kita yang dibiayai dari keringat rakyat. Para pejabat kita seolah menunjukkan kepada rakyat kecil mengenai gaya hidup mewah yang mereka jalani. Sedangkan di sisi satunya, rakyat kecil tengah menderita karena krisis ekonomi, habisnya tabungan, pandemi Covid-19 yang telah berjalan selama dua tahun, meningkatnya harga-harga kebutuhan pokok di tengah masyarakat, dan yang lebih buruk adanya bayang-bayang krisis pangan yang bisa berujung pada krisis kelaparan serta kemanusiaan.

   Sungguh, harusnya semua kejadian ini tidak perlu terjadi di negeri yang kaya akan sumber daya alam ini. Jika para pejabatnya bisa menunjukkan gaya hidup sederhana di tengah masyarakat yang masih serba kesusahan, ditambah lagi dengan bekerja sungguh-sungguh untuk mensejahterahkan rakyat yang telah diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945. Dengan begitu, diharapkan terjalin ikatan kebersamaan juga kerukunan antara pejabat dan rakyatnya sehingga akan menciptakan situasi kekeluargaan sesama anak bangsa. Jika ini bisa terwujud, maka kita bisa saling tolong-menolong dalam membantu saudara-saudara kita yang masih berada dalam kesusahan dan semua akan terasa ringan dengan bergotong royong.

3. Rusaknya penegakan hukum di Indonesia.

Keadilan di Indonesia dan khususnya kepada masyarakat kecil merupakan hal yang sangat mahal dan hampir mustahil untuk didapatkan. Kita sering melihat juga mendengar baik melalui siaran televisi juga melalui siaran radio mengenai masalah penegakan hukum di tengah masyarakat. Hukum di Indonesia bisa diibaratkan bagai sebuah mata pisau yang tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Hukum akan bekerja secara maksimal jika menyangkut masyarakat kecil yang lemah dan tak berdaya, tetapi hukum akan sulit bekerja jika menyangkut orang-orang besar dan punya pengaruh di negeri ini.

   Sudah hampir 77 tahun Indonesia merdeka tapi pada kenyataannya, dalam bidang penegakan hukum bisa dikatakan belum merdeka dan memberi rasa keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Ini merupakan pekerjaan rumah yang tidak mudah bagi pemerintah saat ini untuk membenahi seluruh aspek yang berkaitan dengan penegakan hukum supaya bisa memberi rasa keadilan bagi seluruh lapisan masyarakat di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

   Jangan sampai ketidakadilan dalam penegakan hukum ini malah menjadi alat bagi penguasa untuk melanggengkan kekuasaannya serta memberangus kelompok-kelompok yang tidak sependapat atau bisa dibilang kelompok oposisi. Apabila itu yang terjadi, lambat-laun Bangsa Indonesia akan menuju ke jurang kehancuran akibat dari penegakan hukum yang tidak memberi rasa keadilan.

4. Memburuknya keadaan ekonomi.

Akhir-akhir ini keadaan ekonomi Indonesia sedang mengalami tekanan yang begitu hebat akibat dari faktor global yang juga sedang tidak menentu. Dunia saat ini sedang masuk dalam fase ketegangan yang sewaktu-waktu bisa pecah dan berubah menjadi perang dunia ketiga atau perang nuklir. Yang menjadi pertanyaan kita semua “apakah ekonomi Indonesia sudah siap menghadapi goncangan berat jika keadaan di dunia memburuk dengan cepat?” jawabannya adalah “ekonomi Indonesia tidak siap untuk menghadapi goncangan maupun tekanan yang akan terjadi”.

   Apa yang menyebabkan ekonomi Indonesia tidak siap jika mengalami goncangan hebat akibat faktor global? Jawabannya sangat sederhana, karena fundamental ekonomi Indonesia sangat rapuh. Ekonomi Indonesia masih bergantung dengan kebijakan impor dan impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sedangkan kita semua tahu, dalam pelaksanaan kebijakan impor ini banyak celah-celah yang bisa dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab untuk mendapatkan keuntungan pribadi dalam waktu singkat.

   Ke depan kita harus mulai berpikir tentang bagaimana mencukupi kebutuhan dalam negeri sendiri tanpa harus bergantung dengan impor, supaya kita bisa mandiri dalam bidang ekonomi terutama dalam bidang pangan dan pertanian. Berikutnya kita harus lebih bijak dalam mengelola APBN agar dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya kepada seluruh rakyat Indonesia. Jangan sampai dana yang ada di APBN digunakan untuk hal-hal yang tidak berguna dan pada akhirnya menjadi mangkrak. Banyak contoh yang bisa kita jadikan pelajaran tentang proyek-proyek mercusuar yang ujung-ujungnnya hanya menghamburkan uang rakyat tanpa ada timbal balik bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat.

   Dalam bidang ekonomi ini banyak pekerjaan rumah yang butuh perhatian ekstra dari pemimpin negeri ini. Mulai dari masalah minyak dan gas, pangan dan pertanian, hasil tambang dan komoditas, hasil laut yang begitu melimpah, semua itu adalah aset bangsa yang bisa menjadi kekuatan jika digunakan serta dikelola dengan benar.

5. Adanya ketegangan antar kelompok.

Bangsa Indonesia patut berbangga karena dikaruniai dengan pesona alam yang begitu indah, ditambah lagi dengan budayanya yang begitu beragam dan kaya akan kekhasan antar daerah, belum lagi bahasa daerah yang begitu beragam dengan dialek yang berbeda-beda. Semua itu adalah sebuah karunia dari tuhan yang patut kita syukuri dan jaga, karena hampir tidak ada di dunia ini negara yang memiliki beragam budaya, agama, suku, bahasa serta dapat hidup berdampingan dengan aman dan damai.

   Kita patut berterima kasih kepada para pendiri bangsa yang telah menyatukan seluruh wilayah Indonesia yang begitu kaya ini dalam sebuah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun sayang, menjelang perayaan hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-77 tahun. Bangsa Indonesia sedang mengalami pembelahan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, akhir-akhir ini mulai muncul pertikaian dan permusuhan antar kelompok juga suku. Belum selesai masalah di tempat lain, sudah muncul masalah baru yang serupa di tempat lain lagi. Seakan keberagaman yang selama ini kita rasakan sudah mulai luntur dan berganti dengan ketegangan yang bisa berujung pada permusuhan dan perpecahan.

   Momentum hari Kemerdakan Indonesia kali ini hendaknya kita jadikan sebagai bahan perenungan dan introspeksi dari berbagai masalah yang muncul yang dikhawatirkan bisa berujung pada runtuhnya serta tercerai-berainya persatuan dan kerukunan antar sesama warga negara. Jangan sampai hal itu terjadi, karena akan mencederai para pendiri bangsa dan para pahlawan yang telah berkorban serta berjuang untuk menyatukan berbagai suku, agama, ras serta golongan dalam sebuah bingkai yang begitu indah “Bhinneka Tunggal Ika” yang memiliki arti “berbeda-beda tetapi tetap satu”.

6. Rusaknya moral generasi muda bangsa.

Menjelang hari kemerdekaan Indonesia yang ke-77 tahun, ada sebuah kenyataan yang sungguh membuat hati ini miris. Generasi muda Bangsa Indonesia saat ini seakan kehilangan jati dirinya, mereka seakan tidak tahu untuk apa mereka hidup, dan mereka hanya mengikuti arus tanpa pernah mempertanyakan kemana arus itu akan membawa mereka. Yang pada akhirnya, generasi muda Bnagsa Indonesia terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas hingga sek bebas yang jelas melanggar norma agama. Tidak cukup sampai di situ, generasi muda kita mulai terjangkit virus yang sangat mematikan dan belum ada obat untuk menyembuhkannya. Virus itu adalah LGBT, dan ini bisa menjadi mimpi buruk bagi Bangsa Indonesia beberapa tahun ke depan, ketika generasi muda yang sekarang telah beranjak menjadi dewasa dan mengisi jabatan-jabatan penting.

   Belum lagi banyaknya kasus pelecehan seksual yang menimpa anak-anak Indonesia, dan yang lebih tragisnya lagi, kejadian itu terjadi di lingkungan keluarga sendiri, tempat pendidikan juga pondok pesantren yang harusnya menjadi tempat yang aman untuk anak-anak Indonesia menimba ilmu juga membentuk karakter. Jika sudah seperti ini keadaanya, maka tidak ada tempat yang aman lagi bagi anak-anak Indonesia untuk tumbuh dan berkembang di usia muda.

   Pernahkah kita bertanya kepada diri kita sendiri “kalau keadaan generasi muda Bangsa Indonesia seperti ini, akan jadi seperti apa Bangsa Indonesia yang kita cintai ini dalam beberapa tahun mendatang?”. Kita harus mulai memikirkan perjalanan hidup generasi muda Bangsa Indonesia saat ini. Sebagai orang tua harus benar-benar menjaga serta mendidik buah hatinya untuk tumbuh menjadi pribadi yang cakap, berkarakter, berilmu dan memiliki budi pekerti yang baik. Tentu tugas ini tidak mudah dilakukan dan membutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit, tapi ini harus dilakukan guna menyelamatkan generasi muda dari kerusakan moral yang membahayakan serta menghancurkan.

Jika kita melihat kenyataan yang telah diuraikan di atas, sesungguhnya kita masih belum merdeka dalam arti yang sebenar-benarnya. Semoga di hari ulang tahun Republik Indonesia yang ke-77 tahun ini bisa menyadarkan kita bahwa Bangsa Indonesia sedang sakit dan ibu pertiwi sedang menangis. Kita sesama anak bangsa harus kembali bergandengan tangan serta bahu-membahu membangun negeri yang kita cintai untuk bangkit dari keterpurukan.

Tidak ada kata terlambat untuk memulai lagi dari awal, dan tidak ada kata menyerah dalam berjuang memperbaiki Bangsa Indonesia yang telah diperjuangkan dengan susah-payah dan sungguh-sungguh oleh para pendiri bangsa serta para pahlawan yang telah mengorbankan segalanya demi generasi berikutnya agar merdeka dari para penjajah. Kita harus merubah pola pikir dari “apa yang bisa diberikan Bangsa Indonesia kepada saya?” menjadi “apa yang bisa saya berikan kepada Bangsa Indonesia?”. Dengan pola pikir seperti itu, kita akan terpacu dan berusaha memberikan sumbangsih terbaik dalam mengisi perjalanan Bangsa Indonesia menuju kemerdekaan yang sesungguhnya serta keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Karena itulah yang menjadi cita-cita para pendiri bangsa, yaitu tegaknya keadilan di Negara  Kesatuan Republik Indonesia.

   Semoga renungan ini bisa memberi manfaat juga menyadarkan kita tentang situasi Banga Indonesia saat ini. Kita semua berharap dan berdoa, semoga di hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia yang ke-77 tahun ini akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Seperti motto pada perayaan kemerdekaan tahun ini yang berbunyi “pulih lebih cepat bangkit lebih kuat”.

Ikuti tulisan menarik Frank Jiib lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB