x

Iklan

Septi Yadi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 20 Januari 2021

Sabtu, 20 Agustus 2022 06:17 WIB

Sedang Melego Aset, Sinyal Investor Besar Tiongkok akan Hengkang dari Indonesia?

Tsingshan diketahui akan lego aset ke Baowu Steel Group, pertanda akan cabut?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Melalui Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035, pemerintah Indonesia menjadikan alat transportasi hingga ekosistem EV sebagai prioritas. “Indonesia telah menetapkan roadmap jalan pengembangan EV melalui Peraturan Menteri Perindustrian No. 27/2020 tentang Spesifikasi Teknis, Roadmap EV, dan Perhitungan Tingkat Kandungan Lokal,” jelas Menperin, Agus Gumiwang Kartasasmita, dikutip dari laman resmi Kemenperin.

Benar, rentang tahun 2019 hingga 2020 (bahkan sampai saat ini) Indonesia sedang gencar untuk mendorong pengembangan electric vehicle (EV) atau kendaraan listrik. Sebab semua orang paham bahwa  Indonesia berpeluang besar menjadi pemain utama dari industri kendaraan listrik melalui ketersediaan sumber daya alam (SDA) yakni kehadiran nikel, si bahan utama baterai lithium-ion.

Tak hanya nikel, Indonesia adalah 'surga' bahan baku baterai yang terdiri dari nikel, kobalt, ferronickel, endapan hidroksida, dan lain-lain. Berbagai upaya akhirnya dilakukan Indonesia untuk menuju 'mimpinya' agar menjadi pemain utama dalam industri EV. Seperti, menciptakan ekosistem EV yang terintegrasi.

“Dengan demikian, Indonesia mampu mendukung rantai pasokan baterai untuk kendaraan listrik mulai dari bahan baku, kilang, manufaktur sel baterai dan perakitan baterai, manufaktur EV, hingga daur ulang EV,” imbuhnya. 

Salah satu pemain besar di industri EV Indonesia adalah Tsingshan, perusahaan ini berada di kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). Dilansir Bloomberg, Tsingshan diketahui bekerja sama dengan perusahaan baja dan nikel asal Tiongkok Shenzhen Chengxin Lithium Group Co Ltd. pada September  2021 lalu.

Kedua perusahaan ini berkongsi untuk membangun pabrik lithium di Sulawesi Tengah, Indonesia. Pabrik senilai US$350 juta atau hampir Rp5 triliun ini berfokus pada pasar kendaraan listrik (EV). Chengxin menyampaikan bahwa para mitra akan membangun pabrik untuk memproduksi bahan kimia lithium. 

Selain bahan kimia lithium, di Morowali ada beberapa proyek investasi Tiongkok, termasuk pabrik nikel dan kobalt yang merupakan bahan baku EV. Pabrik tersebut direncanakan akan menghasilkan 50.000 ton per tahun lithium hidroksida dan 10.000 ton per tahun lithium karbonat. 

Itu semua adalah proyeksi yang sedang dijalankan. Namun, amit-amit, jangan sampai kalau di masa depan pabrik Tsingshan hengkang dari Indonesia dan tak lagi beroperasi. Karena jika hengkang, akan memengaruhi berbagai sektor di Indonesia seperti ekonomi dan mimpi Indonesia untuk menjadi supply chain ekosistem EV. Secara tidak langsung, Tsingshan adalah 'perpanjangan tangan' dari mimpi yang dimiliki Indonesia; menjadi pemain utama di ekosistem EV.

Dilansir Bloomberg, Tsingshan Holding Group Co. dikabarkan sedang melego beberapa asetnya di bisnis stainless steel di Indonesia dan disebut-sebut akan menjual asetnya kepada sesama perusahaan Tiongkok yakni Baowu Steel Group Corp, perusahaan baja nirkarat terbesar milik pemerintah Tiongkok.

Petinggi Tsingshan, Xiang Guangda, menjelaskan alasannya melakukan jual aset tersebut. Ia memaparkan bahwa dirinya telah memikirkan kembali masa depan perusahaannya dalam waktu singkat ketika menghadapi kerugian miliar dollar. Selain itu, kondisi Tshingshan diketahui sempat goyah karena kasus margin call di London Metal Exchange (LME).

Masalah LME tentu bukan hal yang utama, carut-marut regulasi, tidak adanya jaminan investasi jangka panjang dan ketidakkonsistenan dari kebijakan di industri tambang Indonesia inilah yang membuat investor gusar dan tak nyaman. Kegusaran ini bisa saja menimbulkan pabrik tersebut 'pamit' dari Indonesia.

Jika memang mereka pergi dari Indonesia, lalu bagaimana nasib mimpi yang telah digaungkan oleh Indoensia? Bukankah hal tersebut menjadi omong kosong jika pada akhirnya Indonesia tak bisa mewujudkan mimpinya; menjadi supply chain di industri EV dunia. Apakah Indonesia tidak ingin melihat rakyatnya bahagia dan berbangga dengan prestasi negaranya? Apakah pemerintah tak malu jika nantinya masyarakat mengetahui kalau 'mimpi' tersebut hanyalah 'mimpi di siang bolong'?

Semoga pemerintah Indonesia bisa segera membenahi dan mendengar masalah ini. Sesegera mungkin, semoga permasalahan ini cepat teratasi. Sebab, jangan sekadar bermimpi dan tertidur tanpa kemajuan, Indonesia harus bangkit dan menjadi lebih baik!

Ikuti tulisan menarik Septi Yadi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler