x

Iklan

Okty Budiati

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 Juli 2022

Sabtu, 20 Agustus 2022 06:29 WIB

Yang Hilang Di Jiwa

Lembar pagi yang kelabu..... Lara bersiap-siap menuju sebuah pantai di wilayah selatan dari Jawa Barat. Satu-satunya pantai yang telah direncanakan oleh Lara semenjak tiga bulan lalu, yang menjadi liburan paling sunyi saat dirinya tidak lagi bersama Tara, dan, waktu seakan tidak berbagi percaya bahwa; pada pertemuan antara dua hati tidak membawa keberuntungan yang bertahan lama jika tidak ada kehormatan yang harus menjadi taruhannya. Lara telah melepaskan segalanya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

I

 

 

“Tolong jangan matikan telponmu. Jangan buat aku nekat mendatangimu.”

Apa lagi yang kau mau? Kau menghancurkan semua harapanku, aku tidak dapat percaya padamu.”

“Tolong, beri aku sekali saja kesempatan. Semua itu tidaklah benar, dan pembicaraan ini, bukan pembicaraan yang aku harapkan. Aku ingin bicara denganmu, menatap wajahmu, bukan menatap layar hpku sendiri!”

Kau tahu itu akan sia-sia. Aku sudah menerima lamaran yang dijodohkan orang tuaku. Lupakan diriku, lupakan semua tentang kita.”

“Jujurlah untuk sekali ini saja, aku mohon, aku tahu kau takkan mampu melupakan tentang kita.”

Percakapan terputus hilang hubungan. Tahun-tahun berlalu dalam ketidakpastian, dalam mendesak. Lara mencoba memahami semuanya, dirinya masih cukup sering menerima kabar tentang Tara dari teman-teman dekat Tara, yang juga masih menjalin hubungan dengan Lara hingga kini. Walau tidak semua teman-teman Tara setia menjaga netralnya perkawanan, bahkan dari tigapuluh persen, hanya dua persen saja yang menjaganya.

Barangkali, sosial memang gemar memilih sikap menjaga permusuhan, daripada rajut hubungan.

Lembar pagi yang kelabu..... Lara bersiap-siap menuju sebuah pantai di wilayah selatan dari Jawa Barat. Satu-satunya pantai yang telah direncanakan oleh Lara semenjak tiga bulan lalu, yang menjadi liburan paling sunyi saat dirinya tidak lagi bersama Tara, dan, waktu seakan tidak berbagi percaya bahwa; pada pertemuan antara dua hati tidak membawa keberuntungan yang bertahan lama jika tidak ada kehormatan yang harus menjadi taruhannya. Lara telah melepaskan segalanya. Segala yang pernah menjadi kebanggaan pada masa mudanya, meninggalkan gempita pergaulan remaja, hanya mencari keberuntungan demi cicil rencana kestabilan masa depan yang hendak dibangunnya, menikahi Tara, menjaganya dan membesarkan anak-anak mereka.

Hari-hari berjalan datar, hilang dalam hancur jiwa, detik yang koma pada semangat masa depan.

Sebuah pesan singkat diterima oleh Lara. Sebuah pesan yang telah ditunggunya selama tahun-tahun lengkap lesu. Sebuah pesan tajam diterimanya dari Tara. Lara menaruh travel bag di tepi matrasnya. “Jika pada akhirnya memahami segala langkah ini telah terlambat, ini berarti, kita tidak akan pernah tahu gimana membuat keputusan yang terbaik. Saat kau pergi tanpa kabar, apa itu tidak membuatku terluka?” Lara hanya diam. Jarinya tidak memiliki nyawa membalas pesan dari Tara, meskipun hatinya menjerit begitu hebat. Lara menutup layar selularnya, memilih pergi ke pantai tanpa membawa satu alat telekomunikasi, selain travel bag dan motor tuanya.

 

 

(Bersambung)

Ikuti tulisan menarik Okty Budiati lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu