1. Sengaja kau jatuhkan kesedihan di mataku, kau lupa bahwa cinta tak hanya sekedar bujuk rayu.
2. Serupa rembulan tertutup mendung, kelam. Musim yang jauh mengirim kenangan. Lantas dadaku dihantam rindu, lebam.
3. Pada dentang ke duabelas sepi kembali. Pintu dan jendela semakin diam. Tapi di kepala, kau lebih riuh dari angin.
4. Sayang, payung ini hanya melindungiku dari rinai hujan, tidak dari derasnya ingatan tentangmu.
5. Kau menjelma sepi-sepi yang melingkari malam. Pada detak jarum jam, runcing rindu menusuk dadaku. Nyeri sekali.
6. Percakapan sunyi jatuh di meja makan. Tumpang tindih dengan roti bakar, cokelat panas dan riuh kangen. Rindu, kapan kau reda?
7. Semacam senja, meriah cintamu hanya sebentar. Terang jingganya membutakan logika atas rasamu yang pura-pura.
8. Kubiarkan ini mengalir dalam sungai waktu. Seperti perasaanku padamu, seperti puisi yang mencoba mengekalkanmu.
9. Dan malam pun menua. Sekali lagi sajak-sajak ini menjatuhkan luka. Begitu dalam, aku kesakitan.
10. Kangen ini resah. Ia tahu hanya di dadamu ia berumah, tetapi waktu mengisyaratkan pesan cinta yang salah.
Ikuti tulisan menarik Dien Matina lainnya di sini.