Sepanjang pergulatan waktuku
Kupacu demi segenggam harapan
Dan, nyali menjadi yang terindah menggurat sejarah
Kusenandungkan harap berirama lembut, lirih sebagai lenggok langkah menuju mauku
Bahtera impian kepastian dalam penantian
Kalaupun tak tergapai, setidaknya aku telah berbuat
Kepada sekelilingku, yang paling dekat denganku sebagai pewaris rintisan jalanku
Kuyakin, bahwa setiap hasil adalah menurut yang diupayakan
Lakasana pohon pisang, dikala telah berbuah dan bertunas, rela berkalang tanah
Menggorok keakuan, ludeskan harta yang dimiliki sebagai karunia Tuhan
Adalah bagian harga yang harus dikorbankan
Demi teraihnya sebuah nilai bagi diri dan sekitar
Kokoh, tegak, dan tahan atas segala aral kendala setiap detik setiap waktu
Sudah lelahkah aku saat ini?
Saat masih belum mewujud apa-apa?
Tatatan hidup seimbang menurut maunya Tuhan?
*****
Kota Malang, September di hari kelima, Dua Ribu Dua Puluh Dua.
Ikuti tulisan menarik sucahyo adi swasono lainnya di sini.