x

Iklan

Bambang Udoyono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Maret 2022

Kamis, 8 September 2022 12:36 WIB

Resep Menghindari Kelumpuhan Demokrasi

Indonesia memang sudah demokratis. Meskipun demikian masih ada kelemahannya. Ancaman terhadap demokrasi bisa datang dari mana saja; dari pembajakan oleh awaknya sendiri hingga metamorfosa yang tak disadari. Apa kata para tokoh tentang kelemahan demokrasi?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh Bambang Udoyono, penulis buku

Mari kita belajar demokrasi dari para tokoh terkemuka dari Barat. Caranya dengan membaca quotes mereka.  Mereka punya quotes singkat tapi penuh makna. Tafsirannya dari saya sendiri.

1. Kapal demokrasi bisa dibajak awaknya sendiri

The ship of democracy, which has weathered all storms, may sink through the mutiny of those on board. Grover Cleveland

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kapal demokrasi yang sudah tahan menghadapi semua badai, bisa tenggelam lantaran pemberontakan oleh para awak kapalnya sendiri. Tentu maksudnya orang orang yang pada awalnya berkembang menjadi besar dalam sistem politik yang demokratis kemudian berubah menjadi otoriter dan diktator setelah menjadi penguasa.

Sukarno, misalnya. Di awalnya sistem politik Indonesia sangat demokratis. Tapi sayang di tahun 1959 Sukarno yang semula hanya kepala negara merebut kekuasaan dengan dekrit. Sejak Juli 1959 dia menjadi penguasa yang tidak demokratis. Dia membungkam oposisi dengan tangan besi. Akhirnya dia tumbang dalam kudeta merangkak, dalam istilahnya pengamat Barat.

2. Demokrasi berubah wujud

Democracy's a very fragile thing. You have to take care of democracy. As soon as you stop being responsible to it and allow it to turn into scare tactics, it's no longer democracy, is it? It's something else. It may be an inch away from totalitarianism. Sam Shepard

Demokrasi adalah sesuatu yang sangat rentan.  Anda harus mengurusinya  dengan hati hati.  Ketika Anda berhenti bertanggung jawab  atasnya dan membiarkannya berubah menjadi susuatu yang menakutkan, ia bukan lagi demokrasi.  Ia menjadi sesuatu yang lain.  Ia hanya seinci saja jaraknya dari toltaliterisme.

Pendapat  Sam Shepard senada dengan Grover Cleveland.  Demokrasi bisa berubah menjadi sesuatu yang menakutkan. Maksudnya tentu menjadi diktator atau sistem politik yang totaliter. Kekuasaan yang mengatur dengan paksa hampir semua aspek kehidupan.  Rakyat tidak bebas lagi mengutarakan pendapatnya.

3. Edukasi menjadi kunci demokrasi

 Democracy cannot succeed unless those who express their choice are prepared to choose wisely. The real safeguard of democracy, therefore, is education. Franklin D. Roosevelt
Demokrasi tidak bisa berhasil kecuali jika mereka yang mengutarakan pilihannya siap untuk memilih dengan bijaksana.  Karena itu, pengawal demokrasi yang sejati adalah pendidikan.

Sudahkah para pemilih Indonesia memilih dengan bijaksana? Kalau melihat kondisi rakyat kita yang sebagian besar masih berpendidikan rendah, saya yakin jawabnya belum.   Sebagian besar rakyat karena itu, memilih tidak dengan rasional.

Memilih calon legislatif atau calon eksekutif idealnya dilakukan dengan cara rasional.  Sama saja seperti memilih benda atau jasa ketika akan belanja.  Tatkala kita butuh kendaraan misalnya, maka pertimbangan rasionallah yang sebaiknya dipakai. 

Kita mesti mempertimbangkan kemampuan keuangan, kebutuhan, jarak, kemudian apa yang ditawarkan oleh produk tersebut. Faktor teknis dan ekonomis diperhitungkan. Akhirnya sampailah kta kepada keputusan.

Bagaiman kenyataannya memilih calon eksekutif dan caleg? Sebagian besar berpinsip pokokmen.  Sebagian lain berprinsip wani piro. Alias siapa yang membayar tertinggi akan dipilih.

Makanya benar kata Franklin D. Roosevell bahwa pendidikan adalah kunci. Orang yang berpendidikan tinggi, tentunya pendidikan tinggi yang berkualitas, bukan yang abal abal,  akan memiliki pertimbangan rasional. Dia juga akan memiliki kondisi keuangan yang lumayan sehingga tidak mengharapkan calon eksekutif atau calon legislatif memberi uang untuk memilih. Dengan kata lain dia tidak perlu menjual suaranya.

4. Syarat sehatnya demokrasi

A healthy democracy requires a decent society; it requires that we are honorable, generous, tolerant and respectful. Charles W. Pickering. Demokrasi yang sehat membutuhkan masyarakat yang patut; ia menuntut kita agar terhormat, dermawan, toleran dan menghormati.

Indonesia masih belum memenuhi syarat tersebut. Tidak heran kalau demokrasi kita masih belum sehat.  Masyarakat kita masih belum terhormat. Bagaimana bisa dibilang terhormat kalau setiap hari di medsos dan di kehodupan nyata perbedaan preferensi politik memicu pertengkatan dengan kata kata kasar?  Masyarakat yang terhormat boleh saja beda pendapat, tapi itu diutarakan dengan argumentasi yang kuat dan sopan. Kita masih belum sopan. Jadi masih belum terhormat.

Masyarakat kita juga belum dermawan. Bagaiman bisa dermawan kalau sebagian besar masih hidup susah. Money politics tidak bisa disebut kedermawanan.

Masyarakat kita mash belum toleran.  Ingat istilah toleransi itu berjalan ke semua arah. Jadi semua pihak harus toleran dengan pandangan pihak lain. Selama ini yang terjadi di Indonesia hanya pihak tertentu yang dituduh intoleran dan diminta toleran tapi yang lain tidak toleran. Jadi yang terjadi adalah maling teriak maling. Alias si malingpun menuduh pihak lain sebagai maling.

Pertengkaran setiap hari itu menunjukkan kita masih belum mampu menghormati pihak lain. Artinya semua pihak belum terhormat. Jadi kita masih belum memiliki demokrasi yang sehat. Demokrasi kita masih sakit.

5. Pemerataan

 In a democracy, the well-being, individuality and happiness of every citizen is important for the overall prosperity, peace and happiness of the nation. A. P. J. Abdul Kalam

Dalam demokrasi, kesejahteraan, individualitas, dan kebahagiaan setiap warga negara adalah penting untuk kemakmuran, perdamaian, dan kebahagiaan bangsa secara keseluruhan.

Kata yang perlu digarisbwahi adalah setiap. Artinya kesejahteraan, kemakmuran itu harus dimiliki oleh semua warga negara. Bukan hanya oleh sebagian orang saja.  Kalau hanya segelintir orang saja yang menikmati maka suatu saat akan ada efek samping yang merugikan dan akan dirasakan oleh seluruh bangsa.

6. Ancaman demokrasi

The death of democracy is not likely to be an assassination from ambush. It will be a slow extinction from apathy, indifference, and undernourishment. Robert M. Hutchins

Kematian demokrasi agaknya bukan dari pembunuhan atau pengahdangan. Itu akan menjadi kematian pelan dari apati, ketidakpedulian, dan kekurangan gizi. 

Saya kira maksud Robert M. Hutchins adalah ketika warga negara sudah tidak peduli lagi pada proses demokrasi.  Ketika kelas menengah sibuk dengan urusannya sendiri dan tidka mau peduli dengan demokrasi maka sistem politik akan kekurangan kader pimpinan yang berkualitas.

Ketika rakyat hanya memikirkan perutnya maka mereka tidak peduli pada demokrasi. Mereka tidak peduli kepada kualitas pimpinan. Maka cara memilihnya pasti buruk.  Hasilnya juga tidak akan bisa diharapkan.

7. Polusi demokrasi

The flood of money that gushes into politics today is a pollution of democracy. Theodore White
Banjir uang yang mengalir ke politik hari ini adalah polusi demokrasi.

Banjir uang yang dimaksud Theodore White tentu uang sogokan kepada pemilih, bukan uang yang sah. Politik uang atau menyogok pemilih memang tindakan tercela. Itu bukan kedermawanan. Itu merusak demokrasi. Makanya Theodore menmberi istilah polusi alias pengotoran. Itu memang mengotori proses demokrasi. 

Alih alih mendidik rakyat untuk menjadi pemilih rasional, politik uang itu merusak mental rakyat.

Benang Merah

Melihat tujuh pokok di atas menjadi jelas bahwa demokrasi kita masih butuh banyak penyempurnaan.  Demokrasi kita masih rawan dibajak oleh awak kapalnya sendiri. Sehingga bis aberubah wujud menjadi toltaliterisme. Pendidikan masih perlu ditingkatkan dengan lompatan agar masyarakat jadi terhormat, toleran, tujuannya agar demokrasi sehat.  Pemerataan dan kepedulian masih harus ditingkatkan lagi agar demokrasi bebas dari ancaman. Dan polusi demokrasi alias politik uang bisa dihentikan. Kuncinya agaknya di pendidikan. Tidak hanya pendidikan formal di perguruan tinggi tapi juga pendidikan moral agama dan pendidikan politik. Caranya adalah PR kita bersama.

Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler