x

sumber ilustrasi: carlifenation.com

Iklan

Ikhwanul Halim

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Selasa, 20 September 2022 19:55 WIB

Pengusaha Sukses

Disebut sebagai seorang lelaki sukses karena aku menyuruh orang membuang uang dan mereka membuang uangnya untukku. Putraku adalah apa yang orang sebut ‘pengangguran’.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Disebut sebagai seorang lelaki sukses karena aku menyuruh orang membuang uang dan mereka membuang uangnya untukku.

Putraku adalah apa yang orang sebut ‘pengangguran’.

Siang hari dia bersantai, yang artinya tidak melakukan apa-apa di kamar indekosnya, dan pada malam hari dia bermain gitar dengan bandnya, terkadang delapan pertunjukan dalam seminggu. Pengunjung tidak lebih dari lima puluh orang, tetapi kebanyakan orang berjalan keluar dengan senang hati karena mereka telah menemukan keberadaan Band Jago Ngamuk.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Aku menjual sepuluh mobil dengan harga di atas rata-rata minggu lalu. Kebanyakan pembeli berjalan keluar showroom kami dengan senang hati karena mobil mereka memiliki jendela di atas kepala dan pendingin yang berfungsi mendinginkan kaki.

Tadi malam, saya mengingatkan dia tentang posisi meja depan yang lowong di showroom. Aku memastikan dengan mengatakan bahwa tidak butuh pengalaman kerja sama sekali.

"Papa, aku bekerja setiap hari," cemoohnya sebelum memblokir panggilanku sampai dua bulan ke depan.

Bagiku, musiknya terdengar seperti ayam jago mengamuk karena tajinya tersangkut kawat berduri di tempat pembuangan sampah. Aku rasa memang seleraku tak seperti orang kebanyakan.

Dia menghabiskan waktu bersama pacarnya setiap hari. Setiap kali dia tidak bermain music dan tidak bekerja, mereka meluangkan waktu Bersama, mencari diskon untuk band-band dengan nama seperti Panas Demam dan Kadal KuburaN dengan harapan mereka mampu membeli albumnya.

Aku bertemu dengan istriku hampir setiap hari. Kukatakan padanya dia terlihat cantik saat aku buru-buru berangkat kerja, dan kukatakan padanya makan malamnya enak saat kami menonton acara komedi malam di TV. Kami bicara. Hanya saja aku tak ingat kapan terakhir kali kami berbicara tentang kami.

Suatu hari putraku datang dan bertanya apakah dia bisa meminjam dua ratus ribu. Dia menjelaskan bahwa tempat pertunjukannya berjarak seratus delapan puluh kilometer dan tangki mobilnya nyaris kosong. Bibirnya tak henti-henti tersenyum lebar saat dia menjelaskan betapa ‘hebatnya’ malam nanti. Bahwa akan hadir tujuh puluh penonton dan akustik ruangannya tak terkalahkan.

Tentu saja aku memberi putraku lima ratus ribu.

 

Bandung, 20 September 2022

Ikuti tulisan menarik Ikhwanul Halim lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler