Luka Lain yang Menanti
Aku berjalan menuju mesin
Tertatih melafalkan nama mu
Tapi di wastafel,
Tidak ku temukan lagi nama itu
Aku meratap menuju gunung
Bercanda melewati rawa - rawa
Tapi tidak ku dapati lagi
Bayanganmu di antara pohon Ambu
Ku pandangi lukisan dan juga buku - buku
Tidak jua huruf di namamu muncul satu persatu mengejutkanku, tidak ada!
Sore ini,
Aku menanak rindu
Di dalam nesting bercampur daun sereh
Aromanya khas,
Seperti parfum yang biasa kau pakai di baju dan ketiak mu
Sekali lagi,
Tidak nampak jua puisi tentangmu!
Kulantuntakan lagu "Mudah Saja"
Sebuah petikan gitar yang ku dengarkan saat ingin memelukmu,
Tapi, wajahmu begitu lenyap
Seperti dibawa paus kedasar Palung laut paling dalam!
Jejak mu sudah mulai dingin!
Dan rindu, enggan untuk aku peluk
Bersama cakrawala,
Rindu barangkali pasrah
Dan jejak mu telah pergi meninggalkan entah
Sore ini,
Aku menyeduh gelisah
Bersiap menanti resah dan luka baru
Yang mulai merekah
Diatas rak peti yang berisi peta
Diatas debu yang berisi buku
Aku menanti,
Luka lain yang sedang mengantri!
Tangerang/September 2022/mertamerdeka/
Ikuti tulisan menarik Merta Merdeka lainnya di sini.