Catatan Puisi Barangkali.
1/
Ada hal ihwal ketika daun gugur, mungkin itu salah satu makna dari tandatanda alam, perubahan musim, kembali, atau melanjutkan ke musim berikutnya, atau mungkin saja karena telah di tentukan oleh waktu, daun itu gugur.
2/
Puisi atau sajaksajak, bagian dari impresi, boleh juga disebut ekspresi, atau mungkin saja empati dari suatu kawasan sublimasi, perasaan terdalam, ketika makna menjadi acuan ide. Ketika ide mendesak makna, untuk tampil keren dalam diksi melompat ataupun berlari.
3/
Maka interlud, mencoba menyeruak ke permukaan perasaan, lahirlah kreativitas bebas dari keberpihakan, sebab, susastra seluas langit semesta, tanwujud bebas dogma, transendental ataupun sublim, menuju angkasa estetis skala nurani.
4/
Lantas apakah ini, telah tertulis boleh disebut puisi atau sajak. Lampau menjadi kini, pantun telah memberi sejarah gurindam, meski modernisme menyebutnya notasi tak terikat bunyi irama tertentu, namun, takdir, untaian kalimat terlanjur menjadi nyanyian susastra musik.
5/
Namun, ketika susastra kembali pada habitatnya, tak bisa berkelit dari-seni perasaan. Ketika pandangan terlanjur jatuh hati karena cinta pada bunga, pada lanskap pegunungan, pada aroma hutan, pada cuaca langit, pada nurani bening. Semoga tak tersungkur menjadi plagiarisme.
6/
Ini mungkin catatan, atau mungkin pula puisi, atau mungkin pula sebaliknya, atau tidak sedikitpun ada kemiripan ataupun keserupaan. Bahkan mungkin berbeda.
***
Jabodetabek Indonesia, September 23, 2022.
Ikuti tulisan menarik Taufan S. Chandranegara lainnya di sini.