x

STy

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Minggu, 25 September 2022 06:24 WIB

Timnas Senior, Contoh U-16 dan U-19 Saat Ladeni Curacao

Timnas Indonesia (senior) harus punya rasa malu kepada Timnas U-16 yang baru saja meraih Juara Piala AFF U-16 2022 dan Timnas U-19 yang lolos ke Putaran Final Piala Asia U-20 2023. Karena dua tim adiknya ini sudah unjuk gigi mampu tampil sesuai ekpetasi publik sepak bola nasional. CERDAS TIPS dan TIDAK ADA yang EGOIS.dan INDIVIDUALIS.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

FIFA Matchday edisi September 2022 dimanfaatkan oleh Timnas Indonesia dengan meladeni Timnas Curacao (Zona CONCACAF) dua kali. Laga pertama akan berlangsung di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Bandung, Sabtu (24/9/2022). Laga kedua di Stadion Pakansari, Bogor, Selasa (27/9/2022).

STy dan pemain titipan

Kendati Timnas Curacao kini duduk di ranking 84 FIFA, namun alenatore Timnas Indonesia Shin Tae-yong yang kini sedang naik daun karena berhasil meloloskan Timnas Indonesia dan Timnas Indonesia U-20 ke Piala Asia 2023, diharapkan dapat memberikan dampak yang sama saat duel dengan Curacao.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Memang, Timnas Indonesia hanya duduk di posisi 155 FIFA, berada 71 tingkat di bawah sang lawan. Namun, selain faktor STy, berlaku sebagai tuan rumah, juga menjadi keuntungan.

Meski demikian, saya pribadi melihat bahwa para pemain Garuda yang dipanggil STy untuk meladeni Curacao ada yang kurang 'sreg'. Sebab, ada beberapa pemain yang seharusnya lebih layak berjersey Merah Putih, malah diabaikan STy.

Persoalan pemain pun, netizen sampai menuduh bila dalam Timnas kali ini, ada pemain titipan. Ini kasus lucu. Pasalnya, yang dianggap pemain titipan ini, secara data matematis penampilannya di Liga 1 memang boleh dibilang tak lulus untuk ada dalam daftar pemain Timnas.

Seperti biasanya, bila ada pemain yang disinyalir TITIPAN, STy selalu pasang badan. Sampai di konferensi pers pun membela sang pemain sesuai subyektifitasnya. Inilah sepak bola aneh Indonesia. Publik juga tahu kisah-kisah drama menyoal pemanggilan pemain Timnas, khususnya bila pelatihnya orang ASING.

Seharusnya, demi meladeni Timnas yang posisi ranking FIFAnya 84, memang seharusnya STy memberikan kesempatan kursi Timnas diisi oleh para pemain yang memang lulus teknik, intelegensi, personality, dan speed (TIPS), yang dibuktikan dalam ajang kompetisi.

Lain hal, bila PSSI sedang tidak menggelar Kompetisi Liga 1, maka pelatih boleh asal comot pemain yang direkomendasikan kepadanya. Ini kan, Liga 1 sedang bergulir, sudah 10 pekan dilalui. Minimal cukup bagi STy untuk dapat memilih pemain yang memang layak berjersey Timnas.

Bila, sampai netizen tidak berterima dengan adanya pemain yang dianggap tidak layak masuk Timnas, maka bagaimana pun caranya pelatih pasang badan dan membela sang pemain, maka yang muncul adalah tetap ada drama titipan. Lalu, beda pelatih, beda selera.

Jadi, selain prestasi STy yang sudah ditorehkan untuk Garuda, STy juga sudah kesekian kali, dianggap menerima pemain rekomendasi alias titipan di gerbong yang dipimpinnya. Berbeda dengan zaman saat Timnas ditangani Indra Sjafri, Fachri Husaini, dan Bima Sakti.

Minimal imbang, jangan lihat matematis

Terlepas dari masalah pemain titipan, menghadapi tim ber-ranking 84 dunia, STy diharapkan akan mampu membawa Timnas Indonesia meraih hasil positif. Secara logis dan matematis, menghadapi lawan yang berbeda tingkat 71 digit, tentu perbedaan kualitas TIPS pemain dan TIPS Tim akan sangat menonjol.

Tetapi, sudah terbukti, dalam dunia olah raga, khususnya sepak bola, hitungan matematis, hasilnya sering tidak signigikan, karena sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Seperti kondisi pelatih, pemain, tuan rumah, dll.

Namun, sebagai tim berperingkat 84 dunia, Curacao tentu tidak mau catatan matematisnya tidak mendampak pada hasil laga yang signifikan menghadapi lawan yang hanya duduk di peringkat 155 dunia. Terlebih deretan pemain yang dibawa juga cukup mentereng.

Oleh karena itu, bila dalam laga pertama nanti Garuda mampu menahan imbang Curacao, sudah luar biasa. Sebab, dalam sejarah pertemuan Garuda dengan tim-tim asal CONCANCAF, Timnas Indonesia mencatat dua kemenangan, dua kali seri, dan dua kekalahan.

Dalam literasi di berberapa media, Timnas Indonesia meladeni negara-negara anggota CONCACAF diawali pada 1983, yaitu melawan Amerika Serikat. Hasilnya imbang 2-2 pada ajang Presidents Cup di Korea Selatan. Berikutnya, kalah 0-4 dari Kanada pada Merlion Cup: 1986.

Selanjutnya, kalah 2-1 dari Jamaika dalam laga persahabatan: 2007. Kalah 1-0 dari Kuba di laga persahabatan: 2014. Imbang 0-0 versus Puerto Rico di laga persahabatan: 2017. Dan, kembali kalah 2-1 di laga persahabatan vs Guyana, 2017.

Dari enam catatan laga tersebut, melihat situasi Timnas Indonesia terkini, maka ada harapan, Garuda minimal kembali dapat mengimbangi Timnas Cuarcao.

Malu kepada Timnas U-16 dan U-19

Terakhir, Timnas Indonesia (senior) harus punya rasa malu kepada Timnas U-16 yang baru saja meraih Juara Piala AFF U-16 2022 dan Timnas U-19 yang lolos ke Putaran Final Piala Asia U-20 2023. Karena dua tim adiknya ini sudah unjuk gigi mampu tampil sesuai ekpetasi publik sepak bola nasional. CERDAS TIPS dan TIDAK ADA yang EGOIS.dan INDIVIDUALIS.

Bila nanti masih ada pemain Timnas Senior yang tampil egois dan individualis. Sudah begitu tidak cerdas TIPS. Tidak cerdas otak, mental, teknik, dan fisik, maka publik pun tentu akan kembali bersuara negatif.

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler