Oleh: Bambang Udoyono, penulis buku
Sekarang ini di media sosial kita melihat dan membaca kata kata kasar setiap hari. di dunia nyata juga demikian. Saya sering sekali mendengar kata kata kasar. Bahkan tidak sedikit orang tua yang memaki maki anaknya. Lebih memprihatinkan lagi ada guru yang memukul muridnya.
Kekerasan dan kekasaran terjadi setiap hari. Saya yakin itu adalah indikator sesuatu yang buruk. Sesungguhnya masyarakat kita sedang ‘sakit’. Pertanyaannya bagaimana kita menyikapinya?
Kelembutan dan kasih sayang
Mari kita belajar dari kekayaan budaya nenek moyang kita. Mereka meninggalkan sebuah kalimat bijak berikut ini.
Suro Diro Jayaningrat Lebur Déning Pangastuti.
Kali ini kita akan belajar lagi kearifan nènèk moyang kita yang berasal dari Jawa. Mungkin anda pernah mendengar kalimat di atas. Mari kita bahas.
Suro diro artinya keberanian dan kekuatan. Jayaningrat artinya kejayaan duniawi. Banyak orang keliru mengartikan kata ningrat dalam kata ini sebagai bangsawan. Frasa jayaningrat terdiri dari kata joyo kemudian ditambah kata ning yang dalam bahasa Jawa modern sehari hari menjadi né dan rat. Joyo diikuti ning kemudian diucapkan jayaning. Artinya jaya dalam bahasa Indonesia. Rat artinya dunia. Jadi secara keseluruhan artinya kejayaan duniawi. Lebur artinya hancur. Déning artinya oleh. Pangastuti artinya kasih sayang. Jadi arti keseluruhannya adalah kekuatan dan keberanian akan hancur oleh kasih sayang.
Jadi pada intinya nenek moyang kita memberi saran ketika kita menghadapi perlakuan dari orang yang mengandalkan kejayaannya. Mungkin anda pernah terkejut dengan perlakuan atau kata kata yang lugas dan bahkan kasar dari orang lain. Mungkin boss Anda mengucapkan kata kata kasar. Sesaat Anda mungkin kecewa. Tapi segeralah ingat pada anjuran nenek moyang di atas. Balaslah dengan kasih sayang maka kekasaran itu akan hancur.
Bukan orangnya yang hancur. Sebagai orang beradab kita tidak akan menghancurkan siapapun. Maksudnya adalah kekerasan kata kata atau pelecehan verbal itu akan kehilangan kekuatan destruktifnya. Artinya hal itu tidak lagi menguasai Anda. Emosi Anda tidak menguasai. Anda akan tetap tenang, tidak perlu dikuasai amarah dan tetap berkarya, berbuat baik dan menebar manfaat kepada sesama.
Orang yang berkata kata lugas apalagi kasar dan memperlakukan anda dengan buruk itu sejatinya sedang bermasalah. Mungkin dia kurang mendapat pendidikan keluarga yang baik sehingga kurang menguasai tata krama. Mungkin dia memiliki trauma kejiwaan di masa lalu sehingga emosinya labil. Mungkin ada kekecewaan berat dalam hidupnya sehingga dia menuntut pengakuan berlebih. Pasti ada latar belakang kejiwaan yang berat yang melatarbelakangi tindakannya yang kurang patut tersebut. Mungkin dia tidak memahami nasehat nenek moyang tentang ngono ya ngono ning ojo ngono. Sudah jelas masalahnya ada pada dia, bukan pada anda. Jadi jangan biarkan amarah apalagi dendam menguasai Anda.
Memang lebih mudah dikatakan daripada dilakukan. Tidak mudah memang menata emosi ketika kita dikasari dengan kata kata apalagi dengan tindakan. Kebanyakan orang pasti akan tersulut juga emosinya. Jadi kiatnya adalah dengan meninggalkan orang kasar tersebut. Kalau di media sosial orang kasar yang rajin memaki setiap hari lebih baik diunfollow saja. Kalau sudah benar benar kebangeten ya diunfriend tidak ada salahnya. Niat kita bukan memutus tali silaturahmi tapi menghindari pertengkaran. Di dunia nyata ya tinggalkan saja pertengkaran.
Penutup
Kekasaran dan kekerasan itu menular. Jadi jangan biarkan kata kata kasar apalagi tindakan kasar masuk dalam pikiran dan hati Anda. Pasang filter. Jaga masukan kata dna perbuatan hanya yang baik saja. Tidak ada salahnya menjaga jarak dengan orang beracun.
Kalau apa yang Anda dengar dan saksikan baik maka anda akan mudah memastikan kata kata yang Anda sampaikan ke orang lain baik. Lisan maupun tulisan dari Anda hanya kata kata yang baik dan sopan.
Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.