x

cover buku Bagaimana Madelinj Mempertahakankan Redoute Hollandia

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Minggu, 2 Oktober 2022 07:11 WIB

Bagaimana Madelinj Mempertahankan Redoute Hollandia

Cerpen-cerpen Miguel Angelo Jonathan yang mengajak kita merenungkan kembali hidup kita sebagai manusia.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Bagaimana Madelijn Mempertahankan Redoute Hollandia

Penulis: Miguel Angelo Jonathan

Tahun Terbit: 2020

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Rua Aksara

Tebal: viii + 130

ISBN: 978-623-7258-59-9

 

 

Membaca karya Miguel Angelo Jonathan (MAJ) ini kita diajak untuk merenungi keterbelengguan manusia dan sekaligus kreatifitas dalam mengatasi permasalahan hidup. Buku ini membuat 9 cerpen karya MAJ. Cerpen-cerpen tersebut berkisah tentang hal-hal yang tak biasa yang dihadapi oleh manusia dalam hidupnya. Namun, meski hal-hal tersebut adalah hal-hal yang tak biasa dihadapi manusia, kenyataannya memang ada dan bisa saja terjadi. Itulah keunggulan MAJ dalam mengolah bahan cerita pendeknya.

Saya ingin mengulas dua cerpen yang menarik. Kedua cerpen ini menarik bagi saya karena mengajak saya merenungkan kembali bagaimana manusia merespon masalah yang dihadapinya. Cerpen pertama adalah “Siluman Ular dari Rawa Atarja.” Sedangkan cerpen kedua adalah “Bagaimana Madelijn Mempertahankan Redoute Hollandia.” Cerpen kedua ini sekaligus dijadikan judul buku kumpulan cerpen ini.

Tema keterbelengguan manusia muncul dalam cerpen “Siluman Ular dari Rawa Atarja.” Cerpen ini berkisah tentang masa lalu sebuah kota. Sebelum menjadi kota, wilayah ini adalah kerajaan ular. Mito situ begitu kuat dipegang oleh para warganya, meski sudah menjadi sebuah metropolitan. Mitos itu menjadi landasan dalam tindakan-tindakan warga dalam mengatasi masalah munculnya binatang dari dalam kloset WC umum. Warga merasa bahwa binatang yang muncul di kloset WC umum itu adalah ular-ular yang marah karena wilayahnya telah dikotori manusia. Tindakan-tindakan itu menjadi absurd karena didasarkan kepada sebuah mitos. Padahal kasus sesungguhnya adalah sebuah ketidaksengajaan seorang anak yang membuang anakan lele ke dalam kloset.

Manusia memang sering mendasarkan tindakannya kepada sesuatu yang tidak masuk akal. Mitos dan hal-hal lain yang tak masuk akal ini sering menghalangi manusia untuk memeriksa lebih rasional tindakannya.

Cerpen kedua berjudul “Bagaimana Madelijn Mempertahankan Redoute Hollandia” menggambarkan seorang prajurit muda yang harus mempertahankan sebuah benteng di Batavia, Hollandia. Sersan Hans Madelijn harus mempertahankan benteng bobrok karena ia mendapat tugas dari Jan Pietersoon Coen, Sang Gubernur. Jan yang selama ini tinggal di benteng tersebut harus pergi karena mengurus urusan lain. Kepemimpinan atas benteng tersebut diberikan kepada Sersan Hans.

Hans tidak memiliki cukup tentara dan amunisi untuk menghadapi serangan tentara Mataram. Ketika amunisi telah habis, Hans menggunakan tinja untuk melawan prajurit Mataram. Idenya yang di luar nalar ini justru membuatnya berhasil mempertahankan benteng.

Cara yang di luar kebiasaan ini juga muncul dalam cerpn “Membakar Monyet Demi Sang Naga.” Cerpen ini berkisah tentang penggunaan monyet yang dipasangi mesiu untuk menyerang kapal Inggris yang sedang berperang dengan bangsa Han di Tiongkok. Monyet-monyet yang melompat kesana-kemari berhasil membakar kapal lawan yang tak akan rusak jika ditembak dengan Meriam.

Dari cerpen ini saya merenungkan kembali bahwa sering kali cara-cara yang out-of-the-box bisa sangat efektif dalam memecahkan masalah. Sayangnya ide-ide yang di luar kenormalan ini hanya muncul saat kita sudah terjepit. Padahal jika cara-cara ini dipikirkan dari awal, maka jalan keluar bagi persoalan atau permasalahan bisa dilakukan lebih baik.

Cerpen-cerpen lain yang terkumpul dalam buku ini pada umumnya menceritakan tentang hal-hal yang aneh tetapi bisa saja terjadi. Cerpen pertama “Hanuwele” mengisahkan betapa seorang peneliti Jerman yang terjebak dengan mitos seorang perempuan pribumi yang bisa mengeluarkan batu-batu Permata. Bukankah seharusnya seorang peneliti, apalagi dari Eropa berpikir logis dan rasional? Nyatanya tidak demikian.

Cerpen “Raja Mangkarak” dan “Kontradiksi Zangi dan Bagaimana Dia Akhirnya Mati” menggambarkan bagaimana seorang pemimpin diktator tidak menghasilkan apa-apa. Mangkarak mengingatkan saya kepada seorang pemimpin yang meninggalkan banyak proyek mangkrak yang tak selesai meski sudah memerintah cukup lama. Sedangkan Zangi adalah seorang pemimpin yang kerpibadiannya kontradiktif. Ia suka foya-foya, tetapi sekaligus hidup sederhana. Ia adalah seorang pemimpin yang kejam tetapi sekaligus welas asih. Kepribadiannya yang kontradiktif inilah yang membuatnya terbunuh oleh seorang budak. Apakah kita sebagai manusia harus hanya memilih salah satu kepribadian saja?

“Hanya Gerbang Kecil” menggambarkan bahwa sering kali hal kecil justru yang membuat kita kalah. Raynor sang prajurit lupa menutup sebuah pintu kecil saat ia berjaga. Melalui pintu kecil inilah tentara musuh bisa masuk dan mengalahkan pasukan yang ada di dalam kota.

“Aul” berkisah tentang seorang guru silat asal Sunda yang akhirnya menjadi serigala. “Hou Yi dan Pemnunuhan Sembilan Saudara” berkisah tentang seorang pemuda bernama Hou Yi yang berhasil membunuh 9 matahari. Ia menjadi terkenal dan hidup tenteram. Namun Hau Yi akhirnya harus bersedih karena istrinya meminum ramuan keabadian dan melesat dan menempel di Bulan.

Kesembilan cerpen ini memang mengajak kita untuk merenungi kembali jalan hidup kita sebagai manusia. 704

 

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler