x

Richard Caton Woodville

Iklan

Dimas Tri Pamungkas Indonesia.

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 11 September 2022

Senin, 3 Oktober 2022 13:04 WIB

Kebohongan Politik, Membuat Dunia Fiktif yang Terorganisir

Kebohongan adalah sebuah cara untuk mempermainkan kebenaran dalam politik, dan cara politik berinvestasi dalam kebenaran. Kita bisa menganalisis keadaan politik kita hari ini, seperti beberapa politisi yang mampu memperkuat citra mereka sebagai pemberi kebenaran dengan berbohong serta memalsukan kenyataan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tentu sudah bukan hal yang baru bagi masyarakat, bahwa tindakan politik selalu memadu kasih dengan kebohongan. Bahkan segala kebohongan akan dilakukan, semata-mata hanya untuk memperlicin gerak politik. Namun jika politik terus-menerus disandingkan dengan kebohongan, maka pembiasaan kebohongan akan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari kita. Petanyaan yang muncul kemudian, apakah kebenaran dalam politik modern hari ini masih penting bagi kita?

Jawabanya adalah, “Iya”. Karena kita cukup lama telah kehilangan kepercayaan pada institusi politik kita dan bahkan pada demokrasi kita sendiri. Namun persoalannya adalah kenyataan yang merupakan kebenaran, tidak bisa lagi menyelamatkan kita, namun kita masih saja berharap kepadanya, semacam tangisan putus asa dan permohonan untuk pengakuan, sebagai suara dari demokrasi yang berkabung.

Kebohongan adalah sebuah cara untuk mempermainkan kebenaran dalam politik, dan cara politik berinvestasi dalam kebenaran. Kita bisa menganalisis keadaan politik kita hari ini, seperti beberapa politisi yang mampu memperkuat citra mereka sebagai pemberi kebenaran dengan berbohong serta memalsukan kenyataan. Bahkan kebohongan dalam politik, selalu mempersulit seseorang untuk mempercayai diri mereka sendiri, atau membuat opini mereka sendiri berdasarkan fakta. Kebohongan akan selalu melemahkan kemampuan kita untuk mengandalkan kemampuan mental kita sendiri, kita dipaksa untuk terus-menerus mengandalkan penilaian orang lain. Pada saat yang sama, kebohongan dalam politik juga memiliki efek destabilisasi institusi politik dengan menghancurkan kemampuan kita untuk mempercayai politisi dan meminta pertanggung jawaban dari mereka.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada tahun 1951, seorang ahli teori politik Hannah Arend menerbitkan bukunya The Origins of Totalitarianism. Dalam buku tersebut, Arend menelusuri kebohongan dan kebenaran dalam politik, fakta dan fiksi, melalui kisah politik dari perbedaan antara Sofisme kuno dan Sofisme modern; Sofisme kuno, puas dengan kemenangan atas argumen dengan mengorbankan kebenaran, sedangkan Sofisme modern menemukan kemenangan yang lebih langgeng dengan mengorbankan realitas. Dari perbedaan kedua era Sofisme tersebut, Arendt mengklaim menemukan embrio totaliter fasisme, sebab ciri-ciri propaganda fasis adalah ada ketidakpuasan terhadap kenyataan, sehingga dengan sengaja mengusulkan untuk mengubah pertimbangan yang fiktif menjadi fakta, dan fungsi untumanya adalah untuk membuat masyarakat bertindak dan bereaksi sesuai dengan aturan dunia fiktif. 

Menurut Hannah Arendt, totalitarianisme mengeksploitasi konsepsi tradisional barat tentang kebenaran sebagai "adaequatio rei et intelektus", sebagai korespondensi antara pikiran dan benda, sampai pada titik di mana rasa kebenaran hilang, dan di mana tidak ada perbedaan yang dapat dibuat antara kebohongan dan kebenaran dalam politik. Menurut adaequatio rei et intelectus, suatu penilaian atau pemikiran adalah benar-benar realitas sebagaimana adanya. Dari pandangan Hannah Arendt ini, maka totalitarianisme sampai pada kesimpulan, 

Kita dapat mengarang kebenaran sejauh mana kita dapat mengarang kenyataan; artinya kita tidak harus menunggu sampai kebenaran itu terealisasi. Kebenaran ini dapat mewujudkan kenyataan yang strukturnya bisa kita ketahui sejak awal, sebab ini semua adalah produk kita. Dengan kata lain, ini adalah keyakinan yang mendasar dari setiap transformasi ideologi totaliter yang menjadi kenyataan.

Dari sudut pandang lain, mungkin bisa ditegaskan bahwa pembohong dalam politik adalah seorang aktor, karena mereka terlebih menggunakan tindakan daripada menggunakan pikiran yang rasional. Mereka begitu memanfaatkan kedekatan kita untuk bertindak, untuk menyatakan suatu hal, maka dengan demikian tindakan lebih dari sekedar penyangkalan fakta. Ini adalah tindakan yang mengubah sejarah. Sejarah dengan fakta yang terdistorsi, dengan menghapus seluruh struktur faktualnya. Sejarah dengan asal-usul politik alternatif penghancur, struktur sejarah yang tumbuh secara spontan antara manusia yang bertindak melalui dunia fiktif yang terorganisir, melalui kekerasan dan jaringan. 

Tetapi sebagai orang yang ingin bertindak mengubah sejarah, pembohong selalu berada dalam rana politik. Mengatakan yang sebenarnya berarti mengasumsikan posisi yang sama sekali pun berbeda: artinya menunjukan dunia apa adanya. Pengungkapan kebenaran tidak pernah diperhitungkan di antara kebajikan, karena hanya sedikit yang berkontribusi pada perubahan dunia.

Memasukkan kebenaran ke dalam situasi yang menghapusnya menjadi tindakan politik, itu pun betapa tidak politisnya tindakan tersebut, karena itu adalah tindakan dengan risiko yang besar. Pembohong bebas untuk memodelkan fakta mereka sesuai dengan kepentingan dan harapan politik mereka, dan oleh karena itu mereka tampak lebih kredibel daripada pengungkap kebenaran yang dianggap sebagai pembohong.

Dalam drama Sophocles, pencarian akan kebenaran membuat Oedipus berusaha melegitimasi kekuasaannya. Namun apa yang ia temukan adalah sesuatu yang tidak hanya menghilangkan kekuatannya, tetapi juga menghancurkan dunia yang ia kuasai. Menurut Gilles Deleuze, kebenaran adalah sesuatu yang tidak kita inginkan, yang tidak kita cari tetapi kita harus mengakomodasinya, untuk mempertentangkan dengan keinginan kita.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Dimas Tri Pamungkas Indonesia. lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler